9. Peduli Naya

2.9K 151 3
                                    

Naya berjalan menuju kelas nya dengan langkah panjang nya, tiba tiba saja langkah nya terhenti dengan Lena di hadapannya.

Naya mengamati wajah Lena di depannya. "Permisi,"

Diam. Lena tidak bergerak sama sekali. Hanya diam. Naya mengalah, dirinya yang menggeser tubuh nya ke kanan lalu melewati Lena yang masih tidak mau bergerak. Entah kenapa anak itu.

"HAI, NAY!"

Hampir gadis itu melompat jauh karena suara itu. Giska. Naya menghembuskan napas nya. Mood nya tiba tiba malas karena Giska.

Tunggu! Tadi pagi Gilang mengatakan jika Giska dan David yang mengantarnya? Dan berarti mereka melihat sisi terlemah seorang Naya.

"Kenapa liatin Ika begitu?" ucap Giska sambil mengangkat tangan nya ke udara.

Naya masih menatap tajam Giska, jika tatapan bisa membunuh kemungkinan Giska sudah tewas sekarang.

"Na---?"

"Kemaren, lo? Antar gue ke rumah?"

Giska mengangguk.

"Sama David?"

Mengangguk.

"Sampai rumah?"

Mengangguk. Lagi.

"Lo liat sesuatu yang aneh kemarin?"

Terakhir kalinya, mengangguk. Lagi.

"Apa?" Tanya Naya. Naya takut jika Giska melihat semua kejadian semalam gadis itu akan bertanya-tanya, Naya tidak mungkin bisa menjawab nya karena itu juga bukan kendalinya.

"Nggak tau."

"Hah?"

Krik... Krikk.. Krikkk.

Naya menggeremu dalam hati, kenapa orang di depannya ini sangat bodoh?! Tapi, syukur dia tidak melihat apa apa. Mungkin kemarin setelah mengantarnya pulang, Giska dan David langsung pulang.

Naya menghela napas nya dan pergi meninggalkan Giska yang masih terdiam. Bingung dengan arah pembicaraan mereka. Apa yang telah mereka bicarakan Dirinya tidak tahu. Oon kata itulah yang cocok gadis semacam Giska.

"Nggak papa, lah, yang penting Naya nggak marah." Ucap Giska lalu bergerak dari tempatnya.

🌞🌞🌞

Bel istirahat sudah berbunyi 5 menit yang lalu. Giska masih di dalam kelas nya, menyelesaikan pr teman-temannya. Tapi apa teman-temannya juga menyebutnya teman? Atau hanya seorang pembantu?

Giska menghela napas nya, mengistirahatkan tangan nya yang mulai kram.

"Akhhhh!"

Benda tumpul itu mengenai kepala belakang Giska. Rasa sakit dan perih mulai terasa di bagian leher atas nya.

"Cepetan nulisnya! Ini udah mau bel!" Gesak gadis yang duduk di pojok kelas nya itu, beserta teman-temannya. "Lemot amat, sih." Sambung gadis itu lagi dan suara cekikian dari yang lain.

ALONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang