36. Kesalahpahaman Yang Berlanjut

1.5K 76 0
                                    

Ketika satu per satu orang mulai berubah. Apa yang harus aku lakukan?

🌞🌞🌞

    Kantin sekolah SMA GARUDA kini terlihat ramai. Banyak murid yang menghabiskan waktu istirahatnya di sini termasuk 4 serangkai ini, Adam, David, Dimas dan Kevin.

Namun ada sesuatu yang janggal yang dirasakan Dimas dan Kevin. Tidak seperti biasanya, Adam dan David berdiam diri tanpa berceloteh apapun. Keduanya sama-sama diam dan hanya fokus pada bakso yang sedang mereka santap. Dimas dan Kevin kemudian saling tatap dan akhirnya menghembuskan napas. Pasti ada yang tidak beres.


"Ekhhem!" Batuk Dimas pura-pura sambil meletakan sendoknya lalu mengaitkan kedua tangannya. Diikuti dengan Kevin di sampingnya.

"Kal---"

"Gue balik ke kelas," seru Adam.

Lah? Dimas dan Kevin mengerjapkan mata tidak percaya. Baru saja ingin bicara Adam sudah melarikan diri. Oh tenang, masih ada David.

"Dav---"

Lagi. David juga ikut berdiri lalu meninggalkan keduanya tanpa kata apapun, membiarkan perkataan Dimas hanya berhenti di angin semata.

"Terus apa?" bingung Kevin. "Tuh anak berdua kenapa, sih?"

"Ada masalah?" duga Dimas. "Perasaan kemaren baik-baik aja kan di rumah Adam."

"Au lah, Aa kepin pusing," tukas Kevin langsung membuat Dimas membulatkan matanya. Perdana! di hadapannya secara langsung Kevin yang biasanya paling cool sekarang berbicara se-alay itu. Apakah dia sedang mabuk? Tidak sadarkan diri? Atau rohnya sedang dirasuki oleh roh orang lain?

"Vin?" Panggilnya.

"Hm?" Jawab Kevin seperti biasa. Dimas mengembuskan napas lega. Kevin masih sama. "Vin lo diliatin sama cewek-cewek, noh?" kata Dimas sekali lagi memastikan.

Kevin memutar tubuhnya dan benar, para murid perempuan sedang melihat ke arahnya. Kevin langsung mengidikan bahunya ngeri lalu berdiri pergi keluar kantin meninggalkan Dimas sendirian.

Dimas mengerjapkan matanya. "Syukur masih sama," leganya. "Eh tapi gue ditinggal sendiri, nih?" Sadarnya. "Ya amsyongggg!"

🌞🌞🌞

    David berjalan menyitari lorong yang cukup ramai. Di depannya cukup jauh di sana ada Adam. David menatap punggung sahabatnya itu lalu menghembuskan napasnya. Ia teringat kejadian semalam di rumah Adam, dan juga apa yang Adam katakan tentang Naya padanya.

"Naya nggak mau kehilangan lo, Dav!"

Lagi-lagi David menghembuskan napasnya kasar. Laki-laki itu mengusap wajahnya lalu mengangkat wajahnya dan kembali berjalan dengan tegapnya.

Tubuhnya tiba-tiba berhenti begitu juga dengan matanya yang enggan melirik kemana-mana. Pandangannya hanya terfokus pada dua orang di depan sana, bahkan jaraknya tidak terlalu jauh dengan dirinya sekarang.

Adam dan Naya.

David menatap mata Naya yang juga menatapnya. Hati David berdesir ketika melihat ke dalam mata Naya yang menyiratkan kerinduan. Apakah benar jika? Tidak. Tidak mungkin. David sendiri juga bisa merasakan tatapan Naya itu tidak lebih dari sebuah tatapan seseorang kepada sahabatnya. Jauh berbeda dengan tatapan Naya kepada Adam. Sangat jauh.

ALONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang