Hanya sebatas angin namun selalu menemani.
🌞🌞🌞
Seperti hari-hari sebelumnya, saat istirahat Naya malas pergi ke kantin apalagi berdesakan disana. Dirinya lebih memilih perpustakaan sebagai pelariannya mencari kesunyian yang menenangkan baginya.
Setelah masuk ke dalam Naya langsung menaruh buku di meja dan mendudukan diri di kursi.Gadis itu membuka bukunya mencari batas halaman yang sudah ia tandai lalu langsung tenggelam dalam dunia novel fantasi miliknya. Bahkan dengan orang yang baru saja duduk di sampingnya tidak membuatnya terganggu sedikitpun hingga satu suara menyapanya.
"Hai."
Suara itu membuat Naya menoleh ke arah laki-laki setengah bule di sampingnya itu.
"Emm--kenalin gue Giano." ucap laki-laki bernama Giano tadi.
Naya menatap tangan Giano yang menunggu balasan sambutannya tapi Naya mengacuhkannya. Bukannya sombong tapi anggap saja Naya sedang malas bergerak sekarang.
Merasa teracuhkan, tangannya ia tarik kembali. Giano melihat Naya yang kembali fokus pada bukunya membuatnya mendengus kecil namun akhirnya tersenyum simpul. "Gue murid baru disini," lanjutnya lagi tidak mau menyerah.
"dari SMA Mentari 02," Giano kembali bersuara. "Nama lo siapa?"
Naya menoleh lagi dengan wajah kesalnya. "Annaya." ucapnya, lalu gadis itu langsung berdiri dan berjalan keluar meninggalkan Giano sendirian di perpustakaan.
Naya berdecak kesal ketika saat-saat ternyamannya terusik. Gadis itu menggerutu kesal se-kesal-kesalnya orang kesal. Dengan berat langkah Naya mengarahkan tubuhnya ke taman belakang. Setidaknya disana masih sama tenangnya dengan perpustakaan.
Naya kembali tenggelam dengan Novelnya setelah duduk di kursi favoritnya. Naya bukan orang yang suka membaca tapi ketika dia membaca satu buku maka segala prioritas utamanya turun digantikan menjadi kegiatan membaca yang nomor utama.
Dengan suasana tenang seperti ini benar-benar membuat Naya terlarut begitu dalam. Hanyut dalam setiap kata-kata yang terasa nyata, hanyut dalam setiap rasa yang ia baca di novel itu. Bahkan tanpa sadar ada sepasang mata yang menatapnya disertai dengan seringaian manis dan bisa saja membuat orang-orang yang melihat itu akan luluh akibat senyuman itu.
🌞🌞🌞
"Dimassss jauhhhh-jauhhhhh sanaaaaa!" Di belahan hunian sekolah yang lain ada Giska yang juga sedang kesal ketika Dimas mulai kambuh penyakitnya, yaitu mengintilinya.
"Gis?" Dimas masih berusaha menahan bahu Giska yang terus gadis itu tepiskan.
Dimas menghela napas lalu berhenti berjalan karena terlalu lelah. "Giska stop! Gue tau lo nangis!"
Mendengar ucapan Dimas membuat langkah Giska menjadi perlahan hingga berhenti. Giska terdiam. Biasanya, disaat orang itu lagi sedih ada orang lain yang berusaha menghiburnya tapi yang terjadi malah orang itu akan semakin bersedih. Dan itulah yang dirasakan Giska ketika Dimas membalik tubuhnya lalu memeluk erat dengan lembutnya.
"Gue disini. Lo lupa?"
Giska menggeleng.
"Jangan nyimpan semuanya dari gue, lo nggak bilang juga gue tau." Dimas menjauhkan tubuh Giska lalu merapikan rambut gadis itu yang sedikit berantakan.

KAMU SEDANG MEMBACA
ALONE
Teen Fiction( C O M P L E T E ) Sendirian Apa yang kamu pikirkan dari kata sendirian? Hidup dengan dibayangi masa lalu Hidup yang di hantui masa kini Dan hidup yang menjadi misteri masa depan. Setiap orang mempunyai waktu untuk sendiri, tapi bagaimana jika sese...