Perasaan yang kupendam memang tidak harus diungkapkan, karena itu sama saja membunuh kata 'kita' secara perlahan.
🌞🌞🌞
David berjalan sendirian menyusuri koridor sekolah yang sepi. Tentu saja sepi, karena sekarang jam pelajaran tengah berlangsung dan David sedang menjalankan tugasnya, yaitu mengambil buku fotocopy-an yang ketinggalan ke ruang kantor atas suruhan dari Pak Budi. Sambil menyelam minum air, David berjalan dengan pelan untuk membuang waktu pelajaran. Bukan hanya David senang tapi seluruh teman-temannya juga pasti akan senang, bukan?
Bugh!
"Eh!"
"Aduh!"
David mengelus dagunya yang terasa sakit akibat terbentur kepala seorang perempuan di hadapannya ini.
Arina menatap nyalang ke arah kertas-kertasnya yang sudah berhambur lebur di lantai koridor lalu beralih menatap David yang mengelus dagunya.
David diam menatap Arina. "Apa?"
Arina masih menatap tajam David lalu sedetik kemudian dirinya menunduk lalu memungut kertas-kertasnya itu.
Tanpa mengucapkankan apa-apa lagi Arina langsung berlalu sambil menabrakan bahunya dengan bahu David. Arina kesal? Tentu saja. Kertas-kertas yang banyak itu jatuh berhamburan. Siapa yang tidak kesal?
"Eh, buset! Sakit!" batin David merasakan sakit di bahunya. Tanda kalau Arina benar-benar menabraknya dengan keras.
David terus mengelus bahunya sambil kembali berjalan menuju ruang kantor. Tapi sebelum itu terjadi, David melihat secarik kertas terjatuh dari sela-sela tumpukan kertas di tangan Arina. David ingin memanggilnya tapi tiba-tiba saja, terlintas akal licik David untuk pembalasan dendam yang sangat tidak haqiqi itu.
Laki-laki berparas setan namun tampan itu mengambil kertas yang jatuh tadi, membacanya sebentar untuk sekedar melihat apa isi kertas itu. "Arina Montaya?"
David mengernyit kecil karena nama itu terdengar asing. Mengabaikan hal itu David kemudian melipatnya kecil sambil terkekeh. "Maaf ya, Arina. Gue lagi bales dendam sama lo nih. Jangan marah, yaa?"
David tersenyum konyol lalu memasukan kertas itu kedalam saku celananya. Setelahnya dirinya berlalu menuju ruang kantor.
🌞🌞🌞
"Maaf, ya, Kevin?"
Kevin menatap perempuan di sampingnya ini dengan tatapan datar. Gara-gara perempuan ini Kevin harus dihukum berdua dengannya. Berdiri di depan kelas dengan tangan ke atas. Persis anak TK.
"Kevin?"
"Lo bocah baru ternyata nyebelin, ya!"
Alina tutup mulut. Tidak lagi bersuara ketika mendengar suara Kevin sudah meninggi. Kevin, teman sekelasnya ini entah kenapa memang selalu sensitif jika berurusan dengan perempuan. Horor.
"Aaww!!"
Alina mengangkat kepalanya kala mendengar pekikan Kevin di sampingnya. Mata Alina hampir saja keluar saat melihat Arina--- kembarannya itu memukul kepala Kevin dengan kertas yang sudah digulung-gulung.

KAMU SEDANG MEMBACA
ALONE
Teen Fiction( C O M P L E T E ) Sendirian Apa yang kamu pikirkan dari kata sendirian? Hidup dengan dibayangi masa lalu Hidup yang di hantui masa kini Dan hidup yang menjadi misteri masa depan. Setiap orang mempunyai waktu untuk sendiri, tapi bagaimana jika sese...