Memaafkan memang hal mudah bagiku, tapi yang membuatku sulit adalah melupakannya.
🌞🌞🌞
Gadis itu menarik napas nya lalu mengehembuskan berkali-kali. Berpikir keras antara masuk atau tidak, antara bertanya atau berlalu saja.
Melihat kelas yang super sibuk di sana membuat Giska merasakan gugup yang sebenarnya hanya karena hal sepele. Maklum, Giska tidak terlalu pandai bicara dengan publik. Gadis ceria namun pendiam ini terlalu sering menjadi bahan bully-an dari pada menjadi teman sehingga membuatnya lebih suka menyendiri dan takut untuk memulai berteman. Tapi itu sebelum bertemu Naya.
Setelah bertemu Naya, Giska mulai berani mendekati Naya karena Ia tahu Naya anak yang baik tidak seperti yang lainnya. Bahkan saat pertama kali mereka bertemu Naya tidak marah padanya saat dirinya tidak sengaja menabrak Naya di waktu itu. Malah Naya yang membersihkan bajunya yang terkena Coklat panas milik Naya.
Sekali lagi Giska tarik-hembuskan napas lalu pura-pura lewat didepan kelas nya sambil melirik ke dalam kelas.
Tidak melihat adanya Naya di sana. Sekali lagi Giska melewati kelas itu tapi tetap tidak ada. Giska kemudian duduk di kursi koridor dan bersandar. "Naya beneran nggak turun, ya?"
Giska memutuskan untuk pergi mencari lagi ke halaman belakang yang biasanya Naya datangi selagi istirahat. Oh benar! Jam berapa sekarang?
Giska melihat benda yang melingkar di tangannya itu, dan menghembuskan napas lega. Jam berakhirnya istirahat masih lama.
"Naya beneran nggak turunnnnnnnnn," rengek Gadis itu ketika melihat taman belakang itu kosong. Giska ingin sekali menangis. Entahlah kenapa Giska sebegitu lebay nya tapi dirinya juga tidak peduli. Giska menginjak-injak rumput itu dan matanya sudah memerah ingin menangis.
Dirinya benar-benar khawatir mengingat kejadian semalam dimana Alina, eh, maksud nya Arina bertemu dengan Naya lalu setelahnya Naya pergi dan berakhir pingsan. Sudah dua kali dirinya mendengar Naya pingsan. Banyak pertanyaan di otak nya tapi dirinya tidak bisa mengatakannya. Dari, kenapa Naya pingsan pada saat di halte, lalu kenapa ada foto Naya dirumah Alina dan kenapa Naya lari dari Arina. Terlalu banyak pertanyaan dari pada jawabanya di benak nya itu.
"Naya," Giska menyerukan nama Naya dengan lirih. Ingin sekali Ia bolos lalu pergi kerumah Naya sekarang juga tapi dirinya terlalu takut. Giska tidak berani jika mendapat masalah disekolah, bisa-bisa ia dimarahi oleh guru-guru dan juga neneknya.
"Giska!"
Panggilan itu membuat Giska menolehkan kepala nya kebelakang lalu ia mendapati Alina yang langsung duduk disampingnya.
Naya memancarkan cahaya sinis pada mata tajamnya yang melihat siapakah orang dihadapan nya ini. Alina atau Arina?
"Kamu siapa?"
"Hah?" beo Alina.
"Kamu Alina atau Arina?" tanya Giska.
Seketika Alina menegang. Kenapa Giska bisa tau dengan kembarannya itu? Apakah kemarin saat ia tidak sekolah ia melewatkan sesuatu?

KAMU SEDANG MEMBACA
ALONE
Teen Fiction( C O M P L E T E ) Sendirian Apa yang kamu pikirkan dari kata sendirian? Hidup dengan dibayangi masa lalu Hidup yang di hantui masa kini Dan hidup yang menjadi misteri masa depan. Setiap orang mempunyai waktu untuk sendiri, tapi bagaimana jika sese...