Karena tidak mudah bagiku untuk memulai semuanya kembali.
🌞🌞🌞
Pagi sekali Naya sudah siap dengan seragamnya dan ia juga sudah sarapan. Naya berjalan mengambil tasnya lalu menggendongnya dan kembali berjalan keluar rumah.
"Pa--"
Naya yang semula ingin berbalik memanggil Papanya kini malah diam membeku. Mencoba melihat lebih jelas siapa orang yang ada di depan rumahnya dan sedang melambaikan tangan padanya.
Naya mengatupkan mulutnya yang awalnya terbuka dan mengerjapkan matanya. Orang itu nyata. Dan seketika hati Naya terasa nyeri. Setelah kejadian di UKS dua hari yang lalu ia benar-benar tidak bertemu lagi dengan Adam tapi sekarang orang itu malah dengan santainya melambaikan tangan padanya. Jenis apa orang itu, heh?
"Ayo, sayang," ajak Gilang yang baru saja keluar dari dalam, namun melihat Naya yang terdiam membuat Gilang ikut terdiam bingung. Lalu ia mengikuti arah pandang anaknya dan Gilang pun tersenyum simpul ketika melihat Adam masuk menghampiri mereka.
"Pagi, Om!"
"Pagi, Dam." Balas Gilang ramah.
Adam menolehkan kepalanya lagi ke arah Naya, "Pag--"
"Yuk, Pa!" potong Naya membuat Adam terdiam. Naya langsung menarik tangan Gilang dan berjalan melalui Adam yang menundukan kepalanya.
Adam merenung. Memang pantas dia mendapatkan ini semua, ini di sebabkan oleh dirinya sendiri jadi terima saja. Ini juga resiko, resiko yang terus ia pikirkan dua hari belakangan ini.
"Naya!" panggil Adam lagi. Dan yang di panggil pun sama sekali tidak menoleh. Jika Gilang tidak berbalik sudah bisa di pastikan Naya tetap berjalan.
"Kenapa, Dam?" tanya Gilang menyambungi. Sejujurnya Gilang sudah pusing dengan masalah anak muda yang ada di hadapannya ini. Jika tidak segera di selesaikan bukan hanya mereka berdua yang pusing, ia pun juga akan bertambah pusing.
"Emm... Naya boleh berangkat sama Adam aja, Om? soalnya ada yang mau---"
"Oh, boleh!" Potong Gilang langsung tanpa pikir panjang. Membuat sang anak membulatkan matanya dan sudah bersiap untuk protes tapi lagi-lagi Gilang mendahului. "Naya kamu berangkat sama Adam ya, Papa juga baru ingat, Papa ada urusan. Meeting katanya dipercepat." Jelas Gilang berbohong sambil mendorong Naya mendekat pada Adam.
"Pa!" bisik Naya geram. Namun sama sekali tidak Gilang hiraukan. Dengan santainya Gilang memutari mobil dan masuk ke dalam lalu meninggalkan Naya bersama Adam. Membuat Naya melongo akan perbuatan Papanya.
"Ehmm!"
Naya kemudian tersadar. Ia tidak sendirian di sini. Naya menoleh ke belakang dan melihat Adam yang tersenyum manis membuat jantung Naya semakin berdegup kencang. Naya memutar tubuhnya kembali dan bersiap meninggalkan Adam. Mana mau dirinya berangkat bersama Adam, gerutu Naya dalam hati.
"Nay, tunggu!" Adam pun tidak tinggal diam. Ia langsung menyusul Naya dan memegang erat tangan Naya. Naya berusaha menepis tangannya tapi tidak bisa. Adam tidak akan melepaskan Naya lagi. "Naya dengerin, Gue!"
"Lepas!" ucapnya seraya terus berusaha melepaskan tangannya.
"Nay ada yang---"

KAMU SEDANG MEMBACA
ALONE
Teen Fiction( C O M P L E T E ) Sendirian Apa yang kamu pikirkan dari kata sendirian? Hidup dengan dibayangi masa lalu Hidup yang di hantui masa kini Dan hidup yang menjadi misteri masa depan. Setiap orang mempunyai waktu untuk sendiri, tapi bagaimana jika sese...