Terkadang aku berpikir jika aku adalah yang paling menyedihkan, tapi sebenarnya masih ada orang lain yang jauh lebih menyedihkan daripada aku. Maka dari itu, aku mencoba untuk menjadi teman bagi orang-orang yang sama sepertiku. Setidaknya mereka tidak merasa kesepian.
🌞🌞🌞
Naya masuk ke dalam kamarnya yang sudah rapi lalu meletakkan gelas berisi susu buatan Bi Ainun di atas meja. Naya mengambil Hp-nya dan langsung menelpon nomor orang yang dia minta menginap hari ini. Siapa lagi kalau bukan Giska.
"Halo?"
"Gis, lo mau nginep dirumah gue nggak?" tanya Naya langsung pada intinya.
"Wahh, Ya iyalah mau!"
Naya menghela napas sebentar, "Yaudah, hari ini sampe 3 hari?"
"Oke! Ika langsung berangkat. Sekarang!"
Dan sambungan langsung terputus.
"Ini bocah gercep amat."
🌞🌞🌞
Pada waktu yang sama, ada seorang gadis yang sedang menggendong tasnya di punggung. Tas yang berisi pakaiannya selama menginap di rumah Naya nanti. Pertanyaannya adalah, kapan dia menyiapkan baju-baju itu?
"Ika sayang," Giska tersenyum kala mendengar suara lirih Omahnya yang terbaring lemah di kasur. Dengan lembut Giska mencium tangan Omahnya itu yang bernama Lidia. "Mau kemana?" tanya Lidia lagi tanpa suara.
"Ika mau nginep di rumah sahabat Ika, Boleh?" Giska membalas tanpa suara juga.
"Siapa sahabat Ika?"
"Annaya, Omah. Dia baik banget sama Ika," jawab Giska senang.
"Kamu nggak bohong kan?"
Dengan sigap Giska langsung menggeleng keras. Giska jelas tidak berbohong, dan Lidia tahu itu. Lidia langsung mengangguk mengijinkan.
Giska langsung berdiri dan berjalan menuju pintu. Sebelum terbuka, Lidia mengucapkan sesuatu yang membuat Giska tersenyum lirih. Senyuman paling menyedihkan yang pernah ada di wajah cerianya.
"Kalau bisa, Ika nggak usah balik ke sini lagi."
🌞🌞🌞
Naya duduk di luar sendirian. Menunggu seseorang yang belum juga datang dari tadi. Jika dihitung sedari tadi, mungkin sudah 35 menit.
5 menit berlalu dan barulah seseorang yang di tunggu itu muncul dengan taxi yang mengantarnya.
"Naya!"
Giska langsung berlari kecil dan ketika sampai di hadapan Naya, gadis itu langsung hormat layaknya seorang prajurit. Naya memutar matanya malas. Nih bocah mulai.
"Masuk." ucap Naya.
"Siap! Komandan!"
Tanpa tunggu apa-apa lagi keduanya masuk ke dalam rumah. Giska langsung menyalami Papa Naya yang sedang duduk di ruang tengah, masih bergulat dengan laptop dan berkas-berkasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALONE
Teen Fiction( C O M P L E T E ) Sendirian Apa yang kamu pikirkan dari kata sendirian? Hidup dengan dibayangi masa lalu Hidup yang di hantui masa kini Dan hidup yang menjadi misteri masa depan. Setiap orang mempunyai waktu untuk sendiri, tapi bagaimana jika sese...