7. Kejadian

2.9K 162 14
                                    

             "Di--Diana?" Mata Naya turun kearah tangan Diana. Dirinya semakin terkaku melihat apa yang di genggam Diana. Pisau berlumur darah. Bahkan darah itu masih menetes di ujung pisau nya.

Melihat Naya terdiam, senyum terbit di bibir Diana. Benar benar puas melihat Naya kembali takut seperti dulu. Rasa benci nya terus bertambah. Muak melihat Naya yang terus berada di atasanya.

Diana mendekat dan Naya semakin gemetar, "Nay, ikut gue, yuk?"

"Tolong," Naya tak sanggup berkata apa apa lagi. Suara nya tersendat. Jangankan untuk bicara, bernapas saja terasa sulit baginya.

"NAYA!!?"

Naya langsung mengalihkan arah dimana suara tadi terdengar.

"David?" benar David. Melihat David berdiri tak jauh darinya rasanya Naya ingin berlari kearah David saat itu juga tapi seketika gerakan nya terhenti.

Kemana Diana? Naya menoleh ke kanan dan ke kiri. Tidak ada. Kebelakang juga tidak ada.

"Nay, lo kenapa?"

"Hah?" Naya bingung "Nggak. Nggak papa,"

David yakin Naya berbohong. Bagaimana bisa orang baik baik saja, sedangkan wajahnya terlihat pucat.

Naya tidak menghiraukan David di sampingnya berdiri sekarang. Naya terus mencari kemana Diana tadi. Dirinya benar benar takut. Masihkah dia disini? Kenapa dia kembali? Pertanyaan itu semakin membuat kepalanya sakit dan terasa berputar.

"Nggak apa apa gimana, muka lo aj--- astaga, Nay!"

Tiba tiba saja tubuh Naya terjatuh. Naya pingsan. Untung saja David punya reflek yang bagus untuk segera menangkap tubuh Naya. Lebih baik lagi Naya tidak jatuh mencium aspal.

"Nay, bangun, Nay" David mendudukan dirinya di kursi dengan Naya yang ada di pangkuannya.

Tepukan di pipi itu tidak membuahkan hasil. David merasakan tubuh Naya yang dingin tapi dahinya mengerluarkan keringat.

David khawatir. Kalau saja dia menggunakan mobil pasti dia akan langsung membawa Naya kerumah sakit. Untuk pertama kalinya David menyesal tidak menggunakan mobil.

"Annaya?!!" David yang awalnya berencana menelpon supirnya kini menoleh kearah suara.

"Naya, kenapa?" Tanya Giska panik. "Gara-gara kamu, ya?!!"

David membelakan matanya. Bisa-bisa nya dirinya disalahkan. Jelas-jelas dirinya yang membantu Naya tadi.

David menggeleng. Giska menatap David tajam meminta penjelasan dengan wajah konyol seperti biasa. "Oke. Aku percaya,"

"Hah?!" Beo david. Merasa aneh dengan satu orang ini David tercengang, hingga lupa Naya sekarang pingsan. Tapi untung saja kesadarannya tidak hilang seperti Naya.

"Naya kenapa pingsan!?" Tanya Giska masih dengan paniknya bahkan terlihat ingin menangis.

"Nggak tau," jawab David "Eh, lo pulang naik apa?"

"Di jemput,"

"Nanti antar Naya kerumah sakit, ya? Gue pake motor ngikutin dari belakang,"

ALONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang