28. Pikiran Adam

1.4K 81 0
                                    

Jika dia juga menyukaimu lalu aku bisa apa? Aku bukan siapa-siapamu.

🌞🌞🌞

     Adam duduk di tepi ranjang kamarnya. Perasaan laki-laki itu benar-benar kacau. Cukup sudah Giano yang dengan misteriusnya mengenali Naya lalu ditambah dengan David yang memberikan jawaban setengah-setengah.

"Kayaknya... iya. Eh, tapi nggak mungkin deh." ucap Adam dengan nada bicara dibuat-buat seperti David mengucapkannya tadi. Lagi-lagi Adam menundukan kepala, menenggelamkannya di pahanya sendiri sembari menarik kecil rambutnya.

"Naya," Hanya nama itu yang bisa ia lapalkan dalam hati saat ini. Bukan hanya hati, tapi nama itu juga sudah merambat ke kepalanya. Adam menghembuskan napas kasar lalu masuk ke dalam kamar mandi.

🌞🌞🌞

  David mengambil makanan ringan di kulkas dapur ini lalu duduk di lantai persis di depan kulkas. Serasa malas berjalan ke meja makan.

"Ngapain lo?"

Suara itu membuat David mengalihkan pandangannya ke belakang dan melihat Adam yang sedang membuka lemari berisi mie instan.

"Gue minta ini ya, Gue laper."

Adam hanya mengangguk. David memperhatikan Adam yang tidak seperti biasanya. Rasanya Adam seperti kesal kepadanya atau seperti menyembunyikan sesuatu tapi tidak bisa mengatakannya. David hanya diam, tidak akan memaksa Adam biacara, dia akan menunggu Adam sendiri yang bicara sekalipun itu penting atau tidak penting sama sekali.

David berdiri lalu duduk di meja makan. "Dam gue males pulang nih,"

Adam bergeming.

"Gue nanti aja ya pulangnya, pas Papa gue udah berangkat ke Semarang." David kembali bicara namun hanya dibalas dengan gumaman Adam yang mulai sibuk menyiapkan alat masak. "Gue males liat mukanya," David bergumam kecil tetapi masih bisa didengar Adam.

Adam memasukan mie instan ke dalam air yang sudah mendidih lalu membalikan badannya ke arah David yang kini sedang menyusun makanan bermerk Siip dan berbentuk kotak itu di deretan giginya.

Adam menghela napas lalu berjalan mendekati David, tanpa pikir panjang lagi Adam langsung memukul kepala David pakai sendok.

"Sakitt goblok!" Umpat David sambil mengelus kepalanya.

Adam melipat tangan di dada menatap intens David di hadapannya. "Lo ngomong apa tadi?"

"Apaan?"

"Tadi?"

"Apaan sih?" Bingung David.

"Gue males liat mukannya. Itu lo bilang gitu maksudnya apa, anjir?"

David kembali mengunyah makanan ringannya itu dengan tampang malas. "Nggak pa-pa," jawabnya.

Adam duduk di depan David. "Dav, sampe kapan sih lo kayak gini terus sama bokap lo? Sampe dia mati?" David melotot menatap Adam. "Gue tau dia cuma Papa tiri tapi dia juga Papa lo sekarang."

David menyenderkan tubuhnya kebelakang lalu menatap Adam sekali lagi. Lebih dalam. "Gue tau. Tapi gue masih belum terima itu, Dam,"

ALONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang