14. Kacau

2.5K 137 1
                                    

Pingsan!

Dengan sigap David mengangkat tubuh Naya dalam gendongannya untuk membawa ke UKS sekolah.


Sudah dua kali dirinya menemui Naya seperti ini. Dan pada saat itu juga ada yang tidak beres dengan Naya. Jika terjadi sekali mungkin David akan menganggap hal yang biasa. Tapi ini dua kali sudah.

David membuka pintu UKS dan langsung menidurkan Naya di banker.

David berusaha tenang meski tidak bisa. Dirinya terus memanggil nama Naya tapi tetap saja gadis itu terlelap dengan damainya. Tanpa tau bahwa dalam tidurnya itu merupakan sebuah mimpi buruk.

David mengambil Hp dari sakunya dan menelpon Adam. Orang satu-satunya yang terlintas di otaknya sejak tadi.

"Ha---"

"Naya pingsan, Dam!" tukas David.

"Hah?! Lo dimana?"

"UKS." Jawab David setelahnya sambungan itu terputus.

David mencari petugas UKS, tidak ada. Dalam hati ia mengutuk UKS ini. Kenapa disaat genting seperti ini petugas tidak ada.

David mengambil minyak kayu putih dari kotak diatas nakas, lalu mengoleskan pada hidung Naya, berharap ia akan bangun.

Sekilas David menyadari, Naya sangat cantik, dengan mata terpejam seperti ini. Alami. Tapi David bisa merasakan, tidur Naya tidak begitu nyaman. Dari wajahnya memperlihatkan gadis itu merasakan takut dan marah sekaligus.

Tapi apa itu?

"Dav, Gimana?"

David dikejutkan dengan kedatangan Adam. Saking terkejutnya hingga ia berdiri. Terlalu asik dengan dunia nya sendiri membuatnya lupa jika ia juga harus bertindak cepat.

"Masih belum sadar," jawab David.

Adam keluar mencari petugas-petugas UKS. Tetap tidak ada.

Adam berjanji akan memarahi Anggota UKS nanti jika terjadi sesuatu dengan Naya. Bukan hanya Naya, juga dengan seluruh murid disini. Bagaimana jika seseorang terluka tapi tidak ada penjaga disini?.

Adam juga harus menjaga tanggung jawab nya disini selama ia masih menjadi ketua Osis disini. Tidak mungkin ia diam saja.

"Om Gilang!" ingat Adam.

Dengan segera Adam langsung menelpon Gilang. Tak butuh waktu lama Gilang mengangkatnya dan langsung segera kesini.

"Gimana, Dam?"

"Gue udah nelpon Om Gilang," jawab Adam lesu lalu duduk di samping Naya.

David mengangguk dan terus mengoles minyak kayu putih itu pada Naya. Diusapnya Dahinya, hidungnya berulang-ulang.

Tanpa David sadari, Adam menyaksikan itu dengan api membara. Melihat David menyentuh Naya seperti itu membuat hatinya terenyuh. Seperti di gerogoti sekumpulan semut-semut kecil.

Meskipun David juga sahabatnya, tapi tetap saja rasa kesal itu ada.

"Dam, lo pegang. Gue mau keluar dulu. Mau izinin Naya sebentar." ucap David di tengah kesunyian.

ALONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang