"Giska mau jadi temen Naya. Boleh?" jawab nya pelan, tapi untung saja telinga Naya peka.
"Temen?" Ia meringis ketika mengucapkan kata itu. Dia hanya tidak terlalu yakin dengan kata itu sekarang. Sekelebat pikiran tentang masa lalu nya berjalan di otaknya. Bagaimana dirinya dan orang terdekatnya dulu. Naya bingung, bukan, ia hanya merasa lebih baik sendirian karena orang lain belum tentu baik.
"Nggak!" Naya memutar duduknya menjadi menghadap meja, dan membuka buku, "Gue nggak mau temenan sama lo!"
Giska merasakan ada kesedihan, kekecewaan dan ketakutan dalam ucapan Naya tadi. Walaupun Naya seperti itu, bukan bearti ia akan menyerah begitu saja.
Giska duduk di samping Naya dengan buku yang entah buku apa, Giska hanya asal ambil saja.
Naya menoleh ke samping. "Ngapain, lo?"
"Ika mau baca, lah!"
"Ika?" bingung Naya.
"Iya, Oma sering manggil Giska itu Ika, jadinya Ika kebiasaan, deh,"
Naya termenung sebentar, merasa aneh dengan manusia yang ada di samping nya ini.
"Naya juga harus panggil Giska itu Ika!" Usul Giska yang langsung mendapat pelototan mata dari Naya.
"Dih, ogah"
"Nggak mau ta---,"
"Astaga, Giskaa! akhirnya ketemu juga!"
Giska menatap bingung ke arah pintu perpustakaan. Kenapa tiba tiba Andine--teman sebangkunya mencarinya? Naya pun sama menatap ke arah pintu, bingung.
"Lo di cariin sama Bu Zara, tuh. Nyusahin banget, sih!?" Kesal Andine pada Giska.
"Kenapa?" Giska bertanya dengan nada sedikit kesal. Dia tidak suka dengan Andine.
Andine kembali melihat ke arah Giska. "Udah! Cepetan sana lu ke ruang BK!"
Giska mengangguk dan menolehkan pandangannnya pada Naya. Naya hanya mengernyit bingung. "Mau apalagi nih cewek?"
"Ika takut ke ruang BK," lirih gadis itu, airmata mulai berlinang di kelopak matanya.
Naya menegakan duduk nya lalu memenggang bahu Giska, "Gis?" Giska mendongakan wajahnya menatap Naya yang lebih tinggi darinya. Naya memasang wajah bersedih nya. "Mampus!"
Selepas mengucapkan itu Naya tertawa cukup keras, tidak peduli dengan perpustakaan ini. Melihat wajah Giska membuat perut nya benar-benar keram.
Giska melihat Naya tertawa, seketika takut Giska hilang. Gadis itu tersenyum, dan dengan otomatis ia langsung mengusap airmata nya. Ia semangat sekarang. "Naya, makasih".
"Lah, makasih?" Tanya Naya bingung di sela-sela tawanya. Melihat Giska melenggang pergi membuat Naya tertawa lagi meski tidak sekeras tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALONE
Fiksi Remaja( C O M P L E T E ) Sendirian Apa yang kamu pikirkan dari kata sendirian? Hidup dengan dibayangi masa lalu Hidup yang di hantui masa kini Dan hidup yang menjadi misteri masa depan. Setiap orang mempunyai waktu untuk sendiri, tapi bagaimana jika sese...