34. Adam Salah Paham

1.5K 78 6
                                    

Jika kenyataannya tidak seperti yang aku kira maka aku harus apa?
Menahanmu bukan hak ku tapi melepasmu bukan kemampuanku

🌞🌞🌞

    "Bisa naiknya?"

"Hm,"

Gadis itu menginjakkan kakinya di pijakan motor besar milik laki-laki di hadapannya. Dengan tangan kiri menggenggam tangan Adam, Naya bisa dengan mudah mendudukan dirinya di jok belakang itu.

"Mau kemana, sih?" tanya Naya.

"Jalan aja, pasti kamu udah lama nggak jalan-jalan kan?" Ucap Adam sambil menjalankan motornya.

Naya hanya diam membiarkan ucapan Adam tadi mengantung. Memang benar jika dirinya cukup merindukan jalanan kota ini. Dan juga ia merasa sedikit merindukan jalan-jalan bersama Adam. Hanya sedikit.

"Pegangan."

"Hah?" Naya terkejut ketika Adam tiba-tiba saja menarik tangan kirinya untuk melingkar di pinggangnya. Naya menarik kembali tangannya namun Adam menahannya. Naya mendengus kasar karena itu.

"Satunya lagi sini," pinta Adam lagi.

Naya mengernyit. "Apa?"

"Satu lagi tangan kamu sini,"

Naya memutar matanya malas, jika sudah begini mau dibantah pun takkan bisa. Mau tidak mau Naya menjulurkan tangan kirinya juga ikut melingkar di pinggang Adam.

Susah payah Naya menjaga jaraknya dengan Adam agar jantungnya yang berdetak dua kali lipat itu tidak bisa Adam rasakan tapi sepertinya keberuntungan tidak berpihak padanya sekarang.

"Kok tegang gitu?"

Naya mengerjapkan matanya dan merasakan wajahnya kini kian memanas. Adam melihat itu dari kaca spion hanya terkekeh kecil melihat Naya. "Santai aja,"

"Hm." jawabnya. Semakin membuat senyuman Adam semakin lebar.

Adam memberhentikan motornya ketika lampu merah berubah merah dan sesekali ia melihat wajah Naya di belakangnya. Masih dengan senyum di bibirnya.

Rencananya Adam akan mengajak Naya ke rooftop kantor Papanya, tempat yang pernah Adam tunjukan pada Naya sambil melihat bintang malam dulu. Tapi sepertinya rencana itu dia tunda karena mereka baru pulang sekolah dan hari masih sore. Tidak ada juga bintang pada sore hari, bukan? Lagi pula Adam melihat Naya-nya sudah cukup lelah seharian di sekolah.

"Itu David?"

Naya mengernyitkan dahi ketika Adam menyebutkan nama David lalu melihat ke arah depan. Benar saja, di depan mereka sana ada David.

Adam memajukan motornya hingga bersampingan dengan David. "Woy, Dav!"

David bergidik kaget ketika mendengar seruan Adam di saat ia lagi asik-asiknya melamun. David menoleh ke kanan ingin memukul kepala Adam namun tangannya berhenti di angin ketika matanya kembali bertemu dengan Naya yang ada di belakang Adam, ditambah dengan pelukan manis dari Naya kepada Adam.

Naya tersenyum namun David tidak, hanya meliriknya lalu membuang muka. Naya kembali menautkan alis bingung. Dia masih bingung dengan kelakuan David yang seakan menghindarinya. Apakah dirinya melakukan kesalahan pada David? Jika Naya punya salah tolong beritahukan padanya. Naya benar-benar tidak nyaman.

ALONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang