Disaat titik terlemahmu menemuimu disaat itu akan ada aku yang menjadi titik penguat dalam hidupmu.
Dari Adam untuk Naya🌞🌞🌞
"Naya harus makan ini. Ini juga. Sama... ini juga," si cerewet Giska kini sedang asyik memberikan buah kepada Naya yang masih belum menghabiskan satu buah apel yang diberikan oleh David tadi.
"Sabar, Oon. Apelnya aja belum habis. Gimana sih?" sungut Kevin yang dibalas dengan pelototan mata oleh Giska.
"Sama cewek aja sensian mulu!" Gumam Giska.
"Gue denger ya," sahut Kevin karena mendengar gumaman Giska yang kelewat nyaring itu. Giska mengabaikan Kevin sekarang. Dirinya lebih baik mengupas buah daripada meladeni sikap anarkis Kevin padanya. Atau lebih tepatnya kepada semua perempuan.
"Makasih, ya." ucap Naya lemah memecah keheningan. Semuanya masih terdiam menanti kelanjutan dari Naya. "Makasih banyak." ucapnya sekali lagi dengan tulus dan ada bahagia di dalam kalimatnya itu.
"Sama-sama." balas Giska sama tulusnya dengan senyum yang terus merekah.
Tanpa Naya sadari air matanya lolos dari bola matanya yang indah. Entah kenapa air mata itu bisa turun tapi satu yang dia tau, air mata itu tanda betapa bersyukurnya dirinya.
Adam menatap Naya dalam diam. Melihat ada secarik kebahagiaan dalam matanya. Hati Adam masih tersayat jika mengingat tentang trauma yang dimiliki oleh Naya. Banyak pertanyaan yang ada di kepala Adam sekarang tapi saat ini bukan waktunya untuk menanyakannya. Apalagi menanyakan langsung pada Naya. Tidak mungkin.
🌞🌞🌞
"Sampaiiii!" seru Adam setelah sampai dirumah Naya. Waktu sudah menujukan pukul 7 malam dan pasti Papa Naya sudah pulang.
Naya turun dari motor kesayangan Adam lalu melepas jaket milik Adam yang melekat ditubuhnya. "Adam?"
Adam menatap Naya dengan teduh.
"Janji jangan bilang ke Papa gue kalau gue tadi masuk rumah sakit," pinta Naya sambil menunduk lemah. Naya tidak mau Papanya tau kalau tadi Naya masuk rumah sakit lagi. Naya tidak mau membuat Gilang khawatir. Itu akan membuat Gilang semakin pusing karena harus mengurus perusahaan juga dirinya hanya sendirian. Meskipun masih ada Bi Ainun yang bisa mengurusinya tapi jangan tanyakan betapa cerwetnya Gilang masih.
"Iya." Tangan Adam terulur mengelus pucuk kepala Naya lalu turun ke pipi. Berhenti sejenak disana dan mengelus pelan penuh kasih sayang. Setelahnya tangan Adam kembali turun lalu mengambil jaketnya yang ada di tangan Naya.
Naya terdiam sesaat merasakan sentuhan Adam yang kelewat lembut dan menenangkan. Kemudian Naya tersenyum. Senyum yang paling hangat menurut Adam.
"Naya? Adam?" Panggilan itu membuat keduanya menoleh ke belakang menampakan Gilang membawa plastik yang berisi sampah.
"Masuk, gih." Suruh Adam sambil tersenyum. Naya mengangguk lalu dirinya menghampiri Papanya menyalimi tangannya.
"Langsung istirahat, ya?"
"Iya."
Setelahnya Naya berlalu masuk ke dalam rumah. Melepas penat dan sakitnya hari ini.
"Om?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ALONE
Teen Fiction( C O M P L E T E ) Sendirian Apa yang kamu pikirkan dari kata sendirian? Hidup dengan dibayangi masa lalu Hidup yang di hantui masa kini Dan hidup yang menjadi misteri masa depan. Setiap orang mempunyai waktu untuk sendiri, tapi bagaimana jika sese...