Menghindar sebelum semakin tumbuh itu lebih baik daripada menghidar di saat semua sudah tumbuh mekar.
🌞🌞🌞
Naya menutup pintu mobil lalu melambaikan tangannya pada sang Papa yang ada dibalik kemudi. "Dah, Pa."
Gilang tersenyum kemudian kembali melanjutkan perjalanannya ke kantornya. Sungguh tenang rasanya ketika melihat anak tersayangnya kini sudah bisa kembali normal. Dokter sudah menyatakan Naya sembuh tapi Dokter juga menyarankan sesekali untuk kembali menjalankan terapi. Gilang tidak masalah dengan itu.
Naya berbalik masuk ke dalam sekolah. Cukup lama dia tidak menginjakan kakinya di sini bukan? pasti orang-orang di dalam sini merindukannya pikir Naya percaya diri.
"Hai, Nay!" Seseorang menepuk pundak kanannya. Orang itu Arina.
Naya tersenyum, merasa biasa saja. "Hai," balasnya. "Hai, Alina," Tak lupa dia juga menyapa Alina.
Alina hanya tersenyum di samping kanannya. Alina merasa canggung atau bisa dikatakan dia masih malu karena sudah lama mereka tidak bersama lagi. Katakanlah Alina sedang jaim sekarang.
"ANNAYAAAAAA!" Teriak seseorang. Tidak perlu otak jenius untuk tahu siapa yang memanggilnya kini. Ya jelas, Giska. "Naya, tadi Ika ke rumah Naya." ucapnya sambil terengah-engah.
"Terus?"
"Tapi kata Bi Ainun, Naya udah berangkat," Giska cemberut. "Ika ditinggal, deh."
"Mampus!"
"Emang gue pikirin!" celetuk Arina dan Alina bersamaan. Giska membulatkan matanya kaget, yang dia ajak bicara Naya kenapa malah si kembar itu yang menjawab."Ihh, aku bicara sama Naya ya bukan sama kalian!" rajuknya.
"Naya nggak mau bicara sama lo gimana?" ucap Alina kemudian.
"Naya nggak mood bicara sama anak ayam, Gis." Tambah Arina membuat Naya tertawa.
Giska mulai geram, "Naya jangan ketawa!" lalu mulai menatap Arina dan Alina, "Naya tungguin Ika ya, Ika mau ngasih pelajaran sama dua manusia berwajah sama ini!" ucapnya dengan wajah yang amat sangat serius. Naya hanya mengernyitkan bingung melihat itu.
Hingga...
"Huwaaaaaaaaa!!!"
"Lahh, anjiiirrrr!! Gue di kejar emaknya Ayam!!""IIIHHHHHHHH!!!"
Hingga Arina dan Alina berlari sambil berteriak menjauh dari serangan Giska yang terus mengejar mereka berdua.
Melihat itu kembali membuat Naya tertawa. Melihat bagaimana Giska yang berlari dengan gaya aneh , persis seperti Zombie yang membawa tombak dipermainan Plants and Zombie itu. Dan dua sasaran Giska, Alina dan Arina yang berlari dengan menarik tas masing-masing, jika saja mereka tidak seimbang Naya yakin mereka pasti akan jatuh terhunyung ke depan.
Sesaat tawa Naya terhenti ketika seseorang melewatinya begitu saja tanpa menyapanya, membuat Naya kembali mengernyitkan dahinya.
David, lewat begitu saja. Tanpa menyapa seperti biasa. Apa dia tidak melihat? Tidak mungkin. Jelas-jelas Naya berdiri di sini dengan tegap dan tidak terlindung apa-apa. Mustahil jika David tidak melihatnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
ALONE
Teen Fiction( C O M P L E T E ) Sendirian Apa yang kamu pikirkan dari kata sendirian? Hidup dengan dibayangi masa lalu Hidup yang di hantui masa kini Dan hidup yang menjadi misteri masa depan. Setiap orang mempunyai waktu untuk sendiri, tapi bagaimana jika sese...