• PROLOG •

618K 20.4K 3.2K
                                    

"Hati-hati! Iya, sedikit ke kiri!"

Cowok itu mengernyitkan dahi, tidak biasanya seberisik ini. Lagipula ini masih pagi kan? Bahkan matahari pun masih malu menampakkan diri. Cowok itu mengambil bantal di sisi kirinya, menggunakannya sebagai penutup telinga.

"Haduh... ndak usah ikut nduk..."

"Nggak apa-apa kok pak, aku kan strong, ngangkat sofa kecil kayak gini mah nggak seberapa."

Sepertinya usahanya sia-sia. Dia tetap tidak bisa melanjutkan tidur. Dia merubah posisinya menjadi duduk.

Akhirnya, dengan kesal dia melempar bantal sembarangan dan menyibak selimut yang dia gunakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Akhirnya, dengan kesal dia melempar bantal sembarangan dan menyibak selimut yang dia gunakan. Cowok itu bangkit, berjalan menuju pintu balkon. Tangannya menyibak gorden berwarna hitam. Lalu menggeser pintu, untuk sesaat dia memejamkan mata. Menikmati sensasi terbitnya sang surya dengan warna jingga yang mulai nampak dari arah Timur.

Dengan tubuh bagian atas yang masih telanjang, cowok itu berdiri dengan tangan yang dia letakkan di pembatas balkon yang terbuat dari besi.

Dari atas sini dia bisa menyaksikan seberapa sibuknya orang yang sedang mengeluarkan barang dari dalam truk besar yang terparkir di depan sebuah rumah yang bersebrangan langsung dari tempat tinggalnya. Cowok itu mengedarkan pandangan. Hingga matanya menangkap seorang gadis yang tengah berusaha mengangkat sebuah single sofa dan berusaha membawanya masuk ke dalam rumah.

"Nggak nyadar apa? Sofa sama yang bawa gedenya sama." komentarnya.

Seolah tersadar dia mengernyit. "Kenapa juga gue peduli? Stop it Arkie!"

Arkie membalikan badan, hendak masuk kembali. Hingga suara benda jatuh menghentikan langkahnya. Dia berbalik menuju pagar pembatas balkon.

"Aduh-aduh, tolong... haha..." gadis itu berusaha menahan kursi yang menimpa sebagian tubuhnya.

"Aduh... nduk, ndak apa-apa? Ada yang sakit ndak?" tanya beberapa pekerja yang sebagian besar bapak-bapak.

"Nggak apa-apa kok pak, makasih ya, aku duduk di sana aja deh. Kalo bantuin takut malah nyusahin hehe..."

Gadis itu berjalan mendekati sebuah kursi yang berada di pinggir jalan. Lalu duduk di sana sembari menatap sekeliling. Ia mengangkat tangannya ke udara. Berusaha menangkap embun pagi. Lalu mendongakkan kepala, dan seketika pandangannya bertemu dengan seorang cowok yang berdiri di pinggir balkon. Dia berdiri dan melambaikan tangan dengan heboh ke arah cowok itu.

"Hai! Gue Zia, Z-I-A. Tetangga baru lo. Salam ken---"

Tapi yang terjadi, bukan sebuah sapaan hangat atau senyuman ramah, si cowok malah memberinya tatapan datar dan memutar tubuh. Masuk ke dalam kamar.

"Lah? Serem amat itu orang." ucapnya. Tapi setelah itu sebuah senyuman hadir di bibirnya.

"Btw, tadi dia seksi juga. Uhh... kenapa gue tiba-tiba gerah?"

***

Hai... Im back.
Yang kangen yang kangen wkwk.
Jadi... Cerita ini akan aku rombak, nggak seratus persen juga sih, oh iya akan ada beberapa karakter yang beda dari cerita ini sebelumnya.
Penasaran? Ikutin terus update-annya.

Salam,
Ummi Yahya yang lagi nemenin bang Manu ultah wkwk 😂

Arkie Septaginta

Fiona Zia Farheen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Fiona Zia Farheen

Fiona Zia Farheen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Fosfor [ Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang