FOSFOR 12 • Kala Itu

193K 11.4K 554
                                    

Hai...
Jangan lupa vote ya 😉
Happy Reading...❤

{*KalemModeOn (nahan tangan cuy biar nggak ngetik konten yang isinya ngancem reader)}😂

_______________

Kita, manusia memang bisa berencana. Tapi tetap saja Tuhan yang memegang kuasa. Dan jika yang terjadi sesuai keinginanmu, itu baik. Jika tidak, berarti itu yang terbaik dari segala hal baik yang sudah Tuhan rancang.

- Arkie Septaginta -
_______________

"Makasih." Zia tersenyum sehingga menampilkan lesung pipinya.

"Hm."

"Lo lagi sariawan ya?"

"Nggak."

Zia menghembuskan napas. Lalu memandang pekarangan rumahnya, sebelum akhirnya tangan gadis itu bergerak membuka pintu mobil.

"Sorry."

Satu kata yang sukses membuat Zia batal menurunkan kakinya. Gadis itu menatap Arkie dengan tatapan terkejut. Arkie mengucapkan kata itu dengan pelan, bahkan Zia sempat ragu jika Arkie mengatakan hal itu.

Setelah menguasai diri Zia membalas, "buat apa?"

Arkie terlihat menimang kalimat sebelum menjawab pertanyaan Zia. "Gue udah bikin lo kelaparan."

Pernyataan itu sukses membuat Zia tertawa. Zia merasa tidak menyangka Arkie meminta maaf karena hal sepele seperti itu. Padahal ada banyak hal yang lebih parah yang pernah Arkie lakukan dan ucapkan kepadanya.

"Yakin cuma minta maaf karena itu?" mata gadis itu memincing.

"Ya," jawab Arkie tegas. "Sekarang mending lo turun dari mobil gue!"

Apa-apaan?! Kenapa cowok itu begitu mudah berganti mood. Tadi minta maaf, dan sekarang? Zia bahkan merutuki dirinya yang tadi sempat takjub kepada cowok itu.

"Nggak usah lo suruh gue juga bakal turun!"

"Bagus..."

Astgfjdjejssh#*#?!

Untung Zia masih bisa menahan umpatannya. Tentu saja karena Zia masih mengingat betapa sakitnya ketika bibirnya dipukul dengan buku.

"Fine!" Zia keluar dari mobil. Tapi baru satu langkah dia kembali membungkukkan badan dan menatap Arkie dari luar. "Satu lagi, gue juga akan bayar celana sama siomay yang tadi lo beliin kalo lo nggak ikhlas!"

Dan setelah itu dia membalik badan dan berjalan dengan sedikit menghentakkan kaki. Dia lupa satu hal bahwa...

"Aduh, kaki gue." gadis itu mengaduh sembari mengipas-ngipas kakinya yang kembali berdenyut akibat menginjak batu. Saat menatap ke belakang Zia sudah tidak melihat mobil di pekarangan rumahnya. Ternyata cowok itu sudah pergi.

"Apa segitu nggak betahnya lo bersama gue? Hah? Dasar cowok bunglon!"

Lalu dia kembali melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah dengan sedikit menyeret kakinya yang berdenyut.

Zia menghentikan langkah ketika mendapati sosok tegap tengah duduk di sofa ruang ramu. Gadis itu mengendap. Lalu mengagetkan orang yang di sana dengan berteriak keras di samping telinga orang itu.

"Astaga!"

"Haha..." Zia tertawa mendapati sang Papa terkejut karenanya. Tapi hanya sebentar, karena setelahnya Zia memekik ketika telinga kanannya ditarik. "Aduh, Papa sakit..."

Fosfor [ Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang