FOSFOR 11 • Siomay

201K 13K 930
                                    

Yang cuma numpang lewat gue suruh Arkie buat nebas pala lo!😈 *gaharmodeon

Vote dulu dungs😌
Happy Reading.. ❤

_______________

Mungkin dia bilang bahwa dia tidak peduli. Tapi, lewat cara tersendiri. Dia seolah membuktikan bahwa dia peduli.

Fiona Zia Farheen -
_______________

Yang Arkie tahu adalah hidupnya berubah menjadi sesuatu yang tidak dia harapkan. Sebelumnya, akhir-akhir ini dia lebih suka membatasi interaksinya dengan orang lain. Dia lebih suka mengatur daripada diatur. Dia lebih suka melakukan apa yang dia mau daripada menuruti apa yang orang lain mau. Dia juga lebih suka menghabiskan waktu dengan buku di kamarnya daripada pergi.

Itulah kehidupannya akhir-akhir ini, monoton memang. Tapi itu semua Arkie lakukan karena dia tidak ingin merasa apa yang dulu pernah dia rasakan ketika dikhianati oleh orang yang dia sayang. Bertemu dengan orang baru lalu berteman Arkie tidak bisa seperti itu. Dia cenderung memilih. Bukan, bukan memilih dalam kategoti kasta atau ras. Arkie memilih sahabatnya sendiri karena kemauan hati. Prinsipnya, jika dia tidak menginginkan orang asing dia tidak akan membiarkannya masuk dalam kehidupannya.

Begitu rapat, begitu terkendali.

Tapi lihatlah dia sekarang. Arkie tengah duduk di sebuah kursi panjang yang berada di taman. Di tengah keramaian. Sesuatu yang tidak pernah dia bayangkan. Ah, bahkan Arkie sudah lupa, kapan terakhir kali dia pergi ke taman ini bersama...
Arkie menggelengkan kepala ketika bayangan beberapa tahun tiba-tiba melintas di kepalanya.

Itu dulu, dan sekarang semuanya telah berubah baginya.

Tangannya memainkan gantungan kunci mobil. Arkie mendongakkan pandangannya. Di tengah keramaian yang ada, pandangannya seperti terstir pada seseorang yang tengah mengantri dengan tidak sabaran untuk membeli burger yang di jual di pinggir taman. Tentu saja gadis itu membelinya dengan uang Arkie.

Bahkan Arkie sendiri tidak tahu, alasan apa yang membuatnya menuruti keinginan gadis itu untuk berhenti di sini. Lalu ketika dengan cengengesan Zia mengajukan telapak tangan ke arahnya. Ketika gadis itu memberi kode kepada Arkie dengan melirik penjual burger di pinggir taman.

"Kenapa nangis?" tanya Arkie ketika melihat Zia berjalan ke arahnya dengan wajah memerah dan air mata yang beberapa kali menetes.

"Itu bapaknya, katanya gue disuruh pergi aja. Gue nggak beli di sana dia juga nggak akan rugi. Masa dia bilang gitu?"

"Pasti ada alasannya kan, kenapa bapak itu bilang begitu?"

Zia mengusap air matanya beberapa kali. Lalu dia menjatuhkan bokongnya tepat di sebelah Arkie. Arkie yang terkejut langsung menggeser duduknya.

"Katanya gue berisik, bikin pembeli lainnya nggak nyaman. Ish! Tapi itu kan salah bapaknya sendiri kenapa dia lama banget bikin pesanannya. Gue kan laper..."

Arkie paham. Dia bahkan sangat mengerti bagaimana perasaan si penjual burger itu.

"Pantes..." komentarnya.

"Lo tadi ngomong apa?"

Arkie bangkit dari kursinya. Lalu berjalan ke pinggir taman. Mengabaikan pertanyaan gadis itu.

Fosfor [ Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang