FOSFOR 8 • Sakit lagi

216K 12.5K 1K
                                        

Vote dulu downgs😋
Kalo nggak mau Votmment setidaknya Vote #maksa 😤😒
Happy Reading...❤

_______________

Jika seseorang menginginkan kehidupan seperti air yang mengalir mengikuti arus, itu salah! Karena tidak semua arus membawa air sampai ke laut dengan selamat. Kadang arus juga membawa air ke jurang yang terjal dan berbahaya.

- Arkie Septaginta -
______________

Langkah kakinya terdengar ketika dia menuruni anak tangga. Mata Arkie memincing menatap rumah yang terlihat sepi. Di mana Bundanya?

"Bun?"

Arkie melangkah melihat dapur yang ternyata juga kosong. Dia berjalan menuju ruang tengah. Di sana, ada Felly yang tengah bermain dengan boneka barbienya. Arkie melihat Felly yang masih menguap. Mungkin gadis itu baru bangun tidur.

"Kak Alkie?"

Arkie tersentak mendengar suara itu. Seperti ada yang menerkam dadanya. Seperti ada yang mencekiknya. Arkie memundurkan kaki ketika dilihatnya Felly ingin memeluk kakinya.

"Felly udah mandi jadi Kak Alkie nggak akan bau." mata bulat bening itu menatap Arkie dengan polos. "Bunda suka peluk Felly, katanya kalena bunda sayang sama Felly. Felly sayang sama Kak Alkie makanya Felly pengen peluk Kak Alkie." gadis itu menyengir dan Arkie memilih untuk memalingkan wajah.

Felly memang masih berumur lima tahun---menginjak enam tahun di tahun ini. Tapi gadis itu sudah pandai. Bahkan dia sudah bisa mengucapkan abjad dengan baik, mungkin hanya cadel saat mengucapkan 'R'.

"Kak Alkie nggak pelnah peluk Felly, apa kakak nggak sayang sama Felly?"

Akie muak, Arkie marah. Melihat Felly membuat kebenciannya meningkat. Dia memang tidak pernah menyakiti Felly secara fisik.

Tapi Felly bukannya tidak peka. Dia sadar kakaknya itu seolah menghindarinya. Selama ini Felly tidak pernah disentuh oleh Arkie. Felly memang mendapatkan kasih sayang yang berlimpah dari Saras. Tapi tetap saja ada yang kurang, dia seorang adik tentu saja dia juga ingin merasakan kasih sayang dari seorang kakak.

"Bilang sama bunda kalo gue pergi."

***

Zia memandang ponsel yang berada di genggamannya. Yang dilakukannya kali ini adalah menunggu, oke anggap saja dia tolol karena kembali menjadi lemah.

"Ck, dasar cowok! Chat nggak dibales, terus nggak ngechat lagi?"

Zia membuka kontak teleponnya. Tangannya menscroll hingga dia membaca sebuah nama. Bimbang, apakah dia yang harus menelepon terlebih dahulu?

"Ih! Gue kan cewek, takdirnya dikejar bukan mengejar!" ucap Zia sembari kembali membanting ponselnya ke ranjang. Gadis itu mengubah posisi duduknya menjadi tidur tengkurap. Tangannya menggambar pola-pola abstrak di atas layar ponsel.

"Apa lo udah nggak kangen ya sama gue? Lo udah punya yang lain ya? Uuh... tega banget sihhhh..." Zia menenggelamkan wajahnya di bantal. Sebelum akhirnya mengangkat wajah dengan tiba-tiba.

"Oke, kalo dia bisa gue pasti juga! Nggak perlu nelpon dulu nanti dia kege-eran lagi!" ucapnya bermonolog.

Zia bangkit dari ranjang menuju tempat favoritnya---balkon kamar. Tangannya menopang dagu dengan pandangan kebawah, menyebabkan beberapa untaian rambut cokelatnya jatuh ke bawah.

Fosfor [ Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang