*Eh? Kepencet publish 😱😱😱Vote dulu yash!😌
Happy Reading... ❤
_______________
Jika pergi adalah keinginanmu. Maka bertahan adalah mauku.
- Fiona Zia Farheen -
_______________Arkie duduk di kursi yang ada di halte. Pandangannya kosong. Cowok itu bahkan tak membiarkan tautan di kedua tangannya terlepas. Pikirannya berkelana. Tapi, dari semua hal yang kini dia pikirkan, sebuah nama begitu mengusiknya.
Arkie sadar, seharusnya dia tidak melakukan hal sekasar itu kepada Zia. Tidak seharusnya dia melampiaskan amarahnya kepada gadis itu. Gadis yang bahkan tidak tahu apa masalahnya. Seharusnya dia tahu, begitulah sikap Zia. Gadis itu memang terlalu sering bersikap seenaknya dan tadi, hampir saja dia lepas kendali. Untung saja dia pandai mengontrol diri. Tapi tidak bisa dipungkiri bahwa tadi, dia sudah menyakiti Zia.
Lalu, saat dia menyuruh Zia pergi. Oh Tuhan! Apa yang sudah dia lakukan?
Arkie mengusap wajahnya kasar. Untung saja halte di sini sedang sepi. Karena jika ada orang, mungkin mereka akan menganggap Arkie gila karena penampilan acak-acakan cowok itu.
"Bodoh!" hujatan itu sepertinya memang pantas Arkie dapatkan. Lihatlah, sekarang dia sedang berlari menuju ke tempat di mana dia meninggalkan Zia. Dan Arkie merasa berkali-kali lipat lebih bodoh ketika dia berharap semoga Zia masih berada di tempat yang sama. Tapi ketika dia sampai, dia tidak menemukan keberadaan Zia. Arkie memandang lampu jalan di sampingnya. Iya, ini lampu yang sama dan tempat yang sama. Dia tidak mungkin salah.
Cowok itu mengedarkan pandangan ke seluruh jalanan. Tetap saja dia tidak menemukan Zia. Lalu, satu kemungkinan terlintas di kepalanya. Apa mungkin Zia kembali ke sekolahan?
Tanpa pikir panjang, Arkie berlari menuju sekolahnya.
Sesampainya di depan gerbang, dengan deru napas memburu, Arkie mengedarkan pandangannya. Berharap menemukan sosok gadis berambut cokelat. Nihil. Arkie berlari ke dalam kelas, siapa tahu Zia pergi ke sana?
Dia berlari ke kelas Naomi. Dan hasilnya, sama saja.
Akhirnya sebuah ide konyol menjadi pilihan. Arkie berlari menyusuri satu persatu kelas bahkan hampir di setiap sudut kelas yang ada di sekolah ini.
"Dia kemana?"
"Apa dia udah pulang?"
Akhirnya, Arkie memilih keluar dari sekolahan. Mungkin Zia memang sudah pulang. Dia melangakah melewati gerbang. Lalu ketika sampai di jalanan yang dia kenali--- tepatnya di kursi yang berada di samping lampu jalan yang sama yang tadi dia lewati, sebuah pemandangan menghentikan langkahnya yang ternyata tanpa dia sadari, dia sudah berlari sejak tadi.
Ada embusan napas lega yang keluar dari bibir Arkie. Tapi tak bisa dipungkiri bahwa dia begitu kesal. Bisa-bisanya Zia terlihat santai menikmati ice cream. Gadis itu duduk di sebuah bangku yang berada tepat di samping lampu jalan---tepat di mana Arkie meninggalkannya tadi.
"Arkie?" ucap Zia girang setelah menyadari keberadaan Arkie yang kini berdiri tepat di hadapan gadis itu. "Lo balik la---"
"Bodoh!"
Mata Zia mengerjap. "A-apa?"
"Seharusnya lo pergi! Kenapa lo masih ada di sini?!" bentak Arkie.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fosfor [ Terbit ]
Teen Fiction[SUDAH TERBIT DAN TERSEDIA DI TOKO BUKU] Arkie Septaginta, cowok dengan pandangan mematikan, mulut pedas, juga memiliki sikap cuek yang overdosis. Kehidupan Arkie sebelumnya tertata, terkoordinir sesuai dengan apa yang dia mau. Hingga disuatu pagi...