Jangan lupa klik ini dulu ⭐️ sebelum baca dan komen sesudah baca👌
Semoga nggak ketemu typo😂
Happy Reading...❤
_______________
Menyerah sebelum berjuang?
Apa bedanya lo sama pecundang!
-Fiona Zia Farheen-
_______________
Zia tidak pernah merasa sesakit ini sebelumnya ketika mendengar perkataan orang lain tentang dirinya. Tapi entah mengapa ketika tadi Arkie berbicara seperti itu kepadanya, Zia merasa sedikit sakit hati. Padahal dia tidak bermaksud seperti itu. Memamerkan paha? Yang benar saja! Lagian itu salah Arkie sendiri, kenapa dia memperhatikan pahanya? Iya 'kan?
"Dasar hiks cowok nyebelin!"
Zia meraih kotak tissue di pinggiran ranjang. Tadi, setelah Arkie mengusirnya dan mengatainya tanpa perasaan, Zia langsung pamit kepada Saras---bunda Arkie dan juga Felly---adiknya. Saras sempat bertanya kenapa Zia buru-buru, dan Zia berdalih bahwa dia punya PR yang harus di selesaikan. Sampai di rumah dia langsung berlari menuju kamar dan menguncinya. Bahkan Zia mengabaikan Fino---papanya yang tadi memanggil-manggil dia.
"Sok cool!" hujat Zia, "untung ganteng..." tambahnya lirih.
"Zia sayang?"
Zia mengambil selimut dan menyembunyikan seluruh tubuhnya. Itu suara Papanya, dan pasti sebentar lagi Papanya akan....
"Ya ampun Zia!"
Tuhkan! Baru aja mau bilang. batin Zia.
Fino segera berlari ke arah Zia setelah tadi dia membuka pintu kamar Zia dengan kunci cadangan. Fino khawatir karena sejak tadi sore Zia tidak kunjung keluar kamar. Sekarang sudah pukul 20.35 dan anaknya belum makam sama sekali. Fino sudah menyuruh Bik Sari membawakan makanan ke kamar Zia, tapi anaknya tetap tidak mau membukakan pintu. Akhirnya Fino berinisiatif menggunakan kunci cadangan yang sengaja dia simpan untuk hal-hal tertentu. Misalnya seperti saat ini.
"Kenapa? Dia lagi?" tanya Fino mengusap kepala Zia. Pria itu duduk di pinggir ranjang.
Zia paham betul apa yang dimaksud dengan 'dia' versi papanya. Demi Tuhan! Bukan tambah membaik malah kini suasana hatinya tambah buruk.
"Huwaa.. Papaaaa..." Zia menyibak selimut kasar. Lalu terduduk.
Fino harus berusaha menahan tawa ketika melihat penampilan anaknya. Mata bengkak, ingus kemana-mana, sisa-sia air mata yang mulai mengering memperparah keadaan.
"Nggak usah ungkit-ungkit lagi tentang dia!"
"Kenapa?"
"Tau ah! Papa nyebelin!"
"Kenapa nangis? Terus tadi bik Sari ke sini nggak dibukain pintu?"
Zia berusaha mengatur napasnya yang tadi menggebu. "Pah, kalau seandainya ada orang yang jahat sama kita---bukan maksud Zia itu orang yang nggak suka sama Zia, menurut papa Zia harus apa?"
"Kenapa Zia bisa bilang kalo orang itu nggak suka sama Zia?"
"Kemarin Zia ngajak kenalan, terus dia nggak mau jabat tangan Zia. Dan tadi waktu Zia dateng ke rumahnya dia bilang kalo Zia cuma mau pamer paha gara-gara pakek hotpants. Terus dia tega ngusir Zia. Menurut papa Zia harus gimana? Zia 'kan cuma mau temenan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fosfor [ Terbit ]
Teen Fiction[SUDAH TERBIT DAN TERSEDIA DI TOKO BUKU] Arkie Septaginta, cowok dengan pandangan mematikan, mulut pedas, juga memiliki sikap cuek yang overdosis. Kehidupan Arkie sebelumnya tertata, terkoordinir sesuai dengan apa yang dia mau. Hingga disuatu pagi...
![Fosfor [ Terbit ]](https://img.wattpad.com/cover/123885682-64-k864235.jpg)