Vote dulu ya😋 (*soalnya kalo nggak diingetin suka lupa😌)
Happy Reading... ❤
_______________Untuk memahami seseorang, lo harus menggunakan hati dan juga rasa. Nggak cukup jika hanya menggunakan mata, apalagi ucapan orang belaka.
- Arkie Septaginta -
_______________"Kamar lo jelek! Suram kayak yang punya," komentar Zia setelah kakinya
memasuki kamar Arkie. Mendapati ruangan yang memiliki warna dominan hitam."Siapa yang nyuruh lo masuk?"
Bukannya menjawab, Zia malah melemparkan tubuhnya di ranjang besar milik Arkie. Berbaring di sana.
"Nggak ada yang nyuruh. Ini inisiatif gue sendiri."
Arkie memutar kursi belajarnya, hingga kini pandangannya langsung mengarah ke Zia. Cowok itu memijit pelipisnya yang mendadak berdenyut, ketika dilihatnya, Zia tengah berguling-guling di atas tempat tidur berseprai hitam miliknya. Zia bahkan seolah tidak peduli, bahwa aktivitasnya itu membuat kaus yang dia pakai terangkat beberapa senti. Astaga gadis itu, apa yang sedang dia lakukan? Dan Arkie, bersama Zia sama saja menambah dosa.
"Kasur lo wangi. Gue suka," ucap Zia dengan posisi tengkurap dan memeluk guling miliknya.
Sungguh, Arkie ingin menyeret Zia keluar dari kamarnya saat ini juga.
"Apa lo nggak takut?"
Zia yang tadi menenggelamkan wajahnya di atas bantal, spontan mengangkat kepalanya. Gadis itu menatap Arkie dengan kernyitan di dahi.
"Takut kenapa?"
"Lo lupa ini kamar siapa?"
Zia terdiam sejenak. Gadis itu mengubah posisi tiduran tengkurapnya dan sekarang duduk dengan kaki bersila. Menatap Arkie dengan tatapan polosnya.
"Kamar lo lah."
"Dan lo lupa kalo gue ini cowok?"
"Ya... terus? Apa masalahnya? Pertanyaan lo bener-bener nggak penting!" Zia kembali menjatuhkan tubuhnya. Gadis itu tiduran terlentang. Kedua tangannya dia lipat dan dia gunakan sebagai bantal. Kedua telapak kakinya dia kaitkan, lalu dia goyangkan ke kanan dan ke kiri.
Arkie yang bosan mengamati pemandangan di atas ranjangnya, akhirnya memilih untuk kembali memutar kursi belajar dan mulai berusaha untuk kembali memfokuskan diri dengan rumus-rumus yang tadi dia rangkum.
Arkie ingin fokus belajar, tapi suara Zia yang tak henti berceloteh tentang apapun yang mata gadis itu tangkap, membuat konsentrasi Arkie pecah.
"Bisa diam nggak?!" Tidak tahan, Arkie akhirnya mengutarakan kalimat yang sedari tadi tertahan di ujung lidahnya.
"Kalo lo nggak galak dan cuek lagi... mungkin gue bisa?" Kalimat itu bukan pernyataan, melainkan pertanyaan yang ditunjukkan Zia untuk dirinya sendiri.
"Kenapa lo jahat?" tanya Zia setelah keduanya di dera suasana hening beberapa saat.
Sebelah alis Arkie terangkat.
"Bukan jahat kayak perampoookkk... Apa ya? Lo itu, kasar, terlalu cuek, nggak ekspresif sama sekali. Dan satu lagi, mulut lo itu terlalu sepedes cabai."
"Gue nggak butuh pendapat lo."
"Tapi gue mau ngasih pendapat tentang lo."
Hening setelahnya. Arkie tidak tahu bagaimana harus menanggapi ucapan Zia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fosfor [ Terbit ]
Teen Fiction[SUDAH TERBIT DAN TERSEDIA DI TOKO BUKU] Arkie Septaginta, cowok dengan pandangan mematikan, mulut pedas, juga memiliki sikap cuek yang overdosis. Kehidupan Arkie sebelumnya tertata, terkoordinir sesuai dengan apa yang dia mau. Hingga disuatu pagi...