FOSFOR 5 • Hukuman

236K 13.2K 712
                                    

Minta Votenya dulu downgs😋
Happy Reading...❤

_______________

Tak bisakah kau memberi sedikit saja celah untukku masuk dan singgah di tempat bernama hati? Tempat yang kau kelilingi dengan tembok tinggi transparan tak terlihat itu.

- Fiona Zia Farheen -
_______________



Selama waktu terus berputar, berarti kehidupan akan terus berjalan. Tak peduli seberapa bencinya kau dengan dunia. Kau harus tetap menjalaninya. Entah terpaksa atau terlanjur menerima keadaan. Nyatanya kehidupan yang berjalan tak akan pernah bertanya padamu, apakah kau bahagia di bumi? Jika tidak, kau boleh pergi dari bumi. Iya 'kan?

Sama halnya seperti Arkie, dia bertahan di bumi dengan cara metamorfosa yang dia lakukan. Bersikap acuh agar orang menjauh. Dia tidak membutuhkan banyak tokoh dalam hidupnya. Karena menurutnya tidak semua tokoh akan bersikap protagonis, nantinya dia akan menemui sosok antagonis yang akan membuat dirinya terjerumus dalam lika-liku kehidupan yang rumit.

Dia ingin hidupnya berjalan tenang, tertata dan terorganisir sesuai dengan rancangannya. Tapi kedatangan sosok baru berwujud gadis mungil berlesung pipi yang bersikap seenaknya membuat Arkie muak. Harapannya saat ini adalah gadis itu, Zia mulai mengerti bahwa ada penolakan dalam diri Arkie. Apalagi dengan kejadian tadi pagi saat dia meninggalkan Zia di pinggir jalan. Kejam? Dia hanya ingin bersikap tegas dengan penolakannya, dengan rasa tidak sukanya.

"Ar, Arkie. Woi!"

Arkie tersentak dengan goyangan di bahu kanannya. Dia melepas headset putih yang tadi terpasang di telinganya.

"Kenapa?"

"Kenapa?" Noah menirukan ucapan Arkie dengan menyicitkan suara. "Gila lo ganteng-ganteng budeg! Gue udah manggil lo dari tadi pe'a!"

Oke, mungkin di kelas ini hanya akan ada Noah yang berani berbicara semena kepada Arkie. Karena, ya... gimana ya Noah itu sudah satu sekolah bahkan satu kelas dengan Arkie dari SMP. Dari Arkie yang masih friendly terhadap orang, hingga Arkie yang berubah pendiam di kelas 8 SMP. Lalu berujung sikap cowok itu yang menjadi ketus.

Beda dengan murid lainnya. Jangankan mau ngomong semena. Ngomong 'hai' saja jika sudah dilirikin Arkie bikin lutut lumer. Perpaduan takut dan juga terpesona. Apalagi untuk murid cewek, itu sebabnya mereka lebih sering menitipkan kado kepada Noah, dan tak jarang menjadikan Noah sebagai media pengganti jika tidak bisa menyentuh Arkie. Jadi mereka melampiaskannya kepada Noah. Mencubit pipi cowok itu atau lengan ketika melihat Arkie.

Arkie hanya melirik Noah dengan pandangan tajam.

"Itu mata lo kenapa? Kayak mau lompat gitu. Sini gue colok," Noah mengacungkan jari telunjuk ke arah Arkie yang langsung mendapat hadiah tebasan. Noah memekik lalu mengibas-ngibaskan tangan.

"Lo kok mukulnya beneran sih tai!"

"Lo aja yang banyak tingkah." jawab Arkie santai.

"Ck, sono ke kantor aja lo. Pak ketua disuruh ambil tugas Bahasa Inggris di kantor, Bu Iris nggak masuk hari ini. Syuh syuh,"  Noah mengibaskan tangan---mengusir Arkie.

Arkie bangkit dari tempat duduknya, berjalan menuju pintu.

"Tumben dia nurut, biasanya gue yang di suruh balik. Itu bocah, gue sayang."

Fosfor [ Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang