"Kalo aja si Fabian nggak ngelakuin three point, pasti sekolah kita udah menang." Kekalahan SMA Titanium masih saja hangat dibicarakan oleh Nana di kelas. Padahal pertandingan itu sudah dua hari berlalu.
Memang bukan hanya Nana saja. Hampir semua orang dari segala tempat yang Gifty datangi masih membicarakan itu. Seakan kekalahan menjadi suatu hal yang baru bagi SMA Titanium. Tentu saja, seumur-umur sekolah disana, SMA Titanium tidak pernah tidak masuk kedalam final. Apalagi yang mengalahkan kemarin adalah SMA Perak yang Gifty dengar dari kabar merupakan saingan kuat sekolahnya.
Gifty menyeruput teh kotak yang sedang ia pegang. Matanya fokus memandang Pak Ketut lewat jendela perpustakaan yang sedang mencabuti rumput belakang sekolah. Seharusnya makanan dan minuman tak ada yang diperbolehkan masuk kedalam perpustakaan. Tetapi, tempat ini seakan tak tersentuh oleh siswa-siswinya. Sehingga membiarkan siswa-siswi yang masih mau untuk mendatanginya membawa apa saja.
Dengkuran kecil terdengar mengganggu telinganya. Diintipnya dari rak sebelah Gifty dan mendapati Vigo tengah tertidur bersandarkan rak di belakang tubuh tinggi itu. Keningnya berkerut, sejak kapan dia ada disana? 10 menit lagi bel akan berbunyi. Gifty bersiap-siap untuk keluar perpustakaan dan mengabaikan pertanyaannya sendiri.
"Perpustakaan akan saya tutup, masih ada yang didalam?" Mbak Ina—penjaga perpustakaan muncul dari balik pintu. Gifty yang baru akan keluar menyahut tepat dihadapannya. Kepalanya menoleh ke belakang.
"Eh, masih ada Mbak Ina, satu orang."
Setelah menjaga perpustakaan selama dua tahun, Mbak Ina cukup paham tempat apa perpustakaan biasanya dijadikan.
"Tolong bangunin ya, Gifty. Saya ke kantor sebentar."
"T-tapi, Mbak.." Mbak Ina lebih dulu menghilang. Lagi-lagi kepala Gifty menoleh ke belakang dengan ragu. Artinya ia harus membangunkan Vigo? Kenapa tidak Mbak Ina saja yang membangunkan?
Gifty menarik napas panjang. Oke, tenang Gifty. Ini hanya membangunkan. Setelah bangun, tugasmu selesai. Berjalan keluar perpustakaan dan pergi ke kelas. Gifty sudah seperti maling karena langkahnya sangat pelan menuju tempat Vigo tertidur.
Sebelum membangunkan dengan suara, Gifty membungkukkan tubuhnya dan mencolek pelan Vigo. Yang dicolek hanya menggumam tidak jelas dan hanya bergerak sebentar. Kedua kalinya colekan Gifty lebih keras. Bermaksud agar Vigo segera bangun. Tetapi, lagi-lagi Vigo belum bangun dari mimpinya.
Merasa colekannya tak berguna. Ketiga kalinya Gifty tidak hanya mencolek, pada akhirnya dia harus menggunakan suara untuk membangunkan Vigo.
"Bangun... Perpustakaan mau ditutup sama Mbak Ina," hanya menggeliat saja reaksi Vigo membuat Gifty harus menahan kesabaran.
"Vigo, bangun! Perpustakaan mau dikunci. Kalo lo nggak bangun nanti lo dikunciin didalem sini." Colekan Gifty semakin keras bahkan sudah seperti menepuk-nepuk lengan Vigo.
Terkejut.
Saat mendapati salah satu tangan Vigo menangkap tangan Gifty yang digunakan untuk membangunkan dirinya. Matanya mulai membuka meski harus beberapa kali mengerjap. Gifty berusaha melepaskan genggaman pada tangannya. Tapi, genggaman Vigo lebih kuat dan mengurung tangan Gifty didalamnya.
"Emang kenapa kalo dikunciin?" suara bangun tidur terdengar ditelinga Gifty. Serak-serak tidak jelas. Entah kenapa Gifty menyukainya. Tapi, buru-buru ia abaikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRARANCANGAN HATI [Completed]
Teen FictionMencari Gifty itu mudah. Datangi saja ke kelasnya, toilet, perpustakaan, atau belakang sekolah. Atau temui saja di rumahnya. Mudah, kan? Mencari Vigo yang susah. Di sekolah susah. Di rumahnya apalagi. Jadi, kalau mau mencari Vigo, tanya saja pada Gi...