[PH] - 9. Kertas Lusuh

6.1K 756 21
                                    

"Tunggu sebentar, Mbak," Gifty merogoh-rogoh tasnya. Ini sudah kedua kali Gifty mencari dimana dompetnya tapi hasilnya tetap nihil. Tidak ada dompet didalam tas. Wajah Gifty pucat pasi.

Diliriknya petugas supermarket yang sudah memasang raut bosan karena menunggu Gifty yang tak kunjung selesai.

Bagaimana ini? Belanjaannya sudah di total, masa iya harus dikembalikan lagi? Kalau Gifty punya 1000 wajah sih tidak apa-apa. Gifty tidak perlu menahan malu. Akhirnya Gifty menyerah. Mau selama apapun Gifty mencari, dompetnya memang tidak ada. Pasti dia lupa membawanya waktu buru-buru keluar kamar dan pergi ke minimarket. Salahnya juga Gifty tidak mau ditemani Bi Dar. Jadi, begini, kan.

Untung saldo pada ojek online yang kadang Gifty gunakan masih ada. Kalau tidak ada, bisa tambah malu. Gifty benar-benar tidak ada uang cash sama sekali. Sambil memasang wajah innocent. Gifty memandang wajah pelayan kasir.

"Mbak, kayanya saya lupa bawa dompet," wajah petugas kasir berubah dari bosan menjadi kesal. Tetapi, demi menjaga nama baik supermarket, ia memaksakan untuk tersenyum.

Gifty meringis pelan. "Ini bisa, kan, kalo saya nggak jadi? Maaf ya, Mbak. Saya beneran lupa bawa dompet."

"Iya, bisa, Mbak."

"Berapa semuanya?" wajah Gifty yang daritadi memandang petugas kasir harus berpindah pada suara di sebelahnya.

Petugas kasir yang tersenyum maksa pada Gifty oun mengalihkan pandangannya dan terdiam sesaat melihat cowok ganteng disebelah Gifty.

"Vigo? Kok lo disini?" Vigo tak menjawab melainkan mengangkat segelas soda yang hendak ia bayar pada Gifty.

"Gabung sama ini. Berapa totalnya?" tanya Vigo lagi.

"S-semuanya, 208 ribu, Mas." Tanpa berkedip petugas kasir itu memandang Vigo. Melihat tatapan petugas kasir itu Gifty hanya dapat menggelengkan kepalanya pelan.

"Ini, Mbak." Vigo menyerahkan selebaran uang pada petugas kasir.

"Mbak, itu uangnya," tegur Gifty yang melihat petugas kasir itu diam tanpa mengambil uang yang hendak di berikan Vigo.

"Eh.. Oh.. Iya," dia menggelengkan kepalanya sebentar dan menunduk malu. Tangannya gemeteran sedikit tetapi dengan cepat ia tutupi dengn menyibukkan diri mengembalikan kembalian.

"Oke, makasih," Ujar Vigo singkat.

Gifty mengambil plastik belanjaannya dan menatap Vigo yang tengah menenggak minuman sodanya.

"Makasih ya udah ditalangin," kata Gifty. "Besok, disekolah gue ganti."

"Gampang,"

"Uang taksi lo udah gue kasihin ke orang yang lebih butuh, by the way."

"Hmm," Vigo masih sibuk dengan minumannya.

Gifty menghentikan langkahnya. Membuat Vigo yang sudah satu langkah didepannya ikut berhenti dan menoleh.

"Makasih ya sekali lagi," Gifty membelokkan langkahnya karena dia ingin menunggu ojek onlinenya dari pintu samping karena tidak terlalu ramai.

"Lo mau kemana?"

Gifty sibuk dengan ponselnya. Ia sedang membuka aplikasi ojek online yang tak kunjung terbuka karena sepertinya internetnya sedang lemot.

"Pintu samping, nunggu ojek."

"Ya udah, gue temenin."

"Nggak usah, lo pulang aja. Udah malem juga."

"Justru udah malem. Cewek jangan dibiarin sendirian. Udah, gue temenin."

PRARANCANGAN HATI [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang