Pembicaraan semalam masih mengambang. Gifty belum dapat memastikan apakah dia menginginkan dirinya bersama Vigo lagi atau tidak. Niatnya bulat untuk berangkat ke sekolah pagi ini. Meski besar kemungkinan semua orang akan kembali menatapnya sinis. Gifty harus berusaha terlihat tegar. Tatapan serta omongan orang-orang tidak boleh membuatnya menelantarkan sekolah.
Bisa saja Gifty meminta orang tuanya pindah ke sekolah lain. Tapi, Gifty tidak melakukannya. Gifty tidak ingin menjadi beban siapapun. Rumor yang sedang ia hadapi harus ia lewati dengan lapang dada. Gifty percaya bahwa semuanya akan berlalu seiring dengan berjalannya waktu.
"Gif, sorry ya kalo gue kemarin-kemarin udah sempet ngomongin lo yang nggak-nggak. Gue beneran nggak tau kalo lo ternyata di jebak."
"Gue juga ya, Gif. Sorry banget loh udah ngomong yang nggak-nggak. Lo mau maafin, 'kan?"
Gifty terlihat bingung dengan sapaan yang ia terima. Bagaimana bisa beberapa orang menghampiri dirinya dan meminta maaf? Memangnya ada apa?
"Apa karena Nana? Karena dia yang ngelakuin semua ini? Bikin reputasi kamu buruk. Bikin hubungan kita kaya gini? Iya?"
Teringat kembali ucapan Vigo tadi malam. Gifty belum sempat membahas hal itu dengan Vigo karena sudah keburu masuk kedalam rumah. Menanggapi permintaan maaf itu Gifty lantas tersenyum dan mengangguk. Padahal dalam hatinya bertanya-tanya.
Tubuhnya sudah sepenuhnya masuk kedalam kelas. Suasana yang ramai seketika menjadi hening kala Gifty masuk. Beberapa orang saling tatap. Kemudian Mita dan Rani yang pertama mendekati Gifty saat ia telah duduk di tempatnya.
"Maafin kita, Gif. Gue nggak tau kalo semua itu rencana Nana sama Tia. Mereka berdua sebab yang bikin lo seolah jadi tersangka utama."
"Bener, Gif. Lagian, kalo di pikir-pikir dan gue teliti lebih jauh, itu foto lo sebenernya nggak ciuman sama cowok. Gue juga gak ngerti kenapa bisa keliatan jadi kaya ciuman. Tapi, gue rasa anglenya aja yang bikin jadi kaya gitu."
Penasaran dengan perubahan sikap 180 derajat yang dilakukan orang-orang terhadapnya. Gifty memutuskan untuk bertanya.
"Sebenernya ada kejadian apa waktu kemarin gue nggak masuk?"
Dan semua orang pun saling sambung menyambung menceritakan kejadian kemarin. Bersemangat sekali ketika menceritakan Tia yang ketakutan di hadapan banyak orang. Serta Nana yang tiba-tiba menghilang."
"Kalo gue jadi Nana atau Tia, gue nggak bakal berani lagi masuk ke sekolah." Seru beberapa teman kelas Gifty.
Di tempatnya duduk, Gifty termenung. Jadi, semua orang sudah tahu yang sebenarnya? Gifty menghela napas. Antara harus bahagia atau khawatir. Bahagia karena artinya namanya sudah kembali baik. Khawatir karena saat ini gantian Nana yang tengah mengalami hal seperti dirinya kemarin.
Gifty menoleh, memandang bangku Nana yang kosong. Ini sudah hampir jam masuk kelas. Bel beberapa saat lagi akan berbunyi. Tapi, Nana belum juga datang. Apa hari ini dia tidak masuk sekolah? Gifty mengerti sekali bagaimana rasanya di pojokkan. Terlintas di benaknya untuk menghubungi Nana. Menanyakan dirinya. Tapi, urung dia lakukan. Teringat peristiwa di kamar Nana dua hari lalu.
Terdengar egois. Tapi, manusia mana yang tidak sakit hati ketika tahu sahabat yang mereka sayangi berkhianat? Gifty butuh waktu untuk berpikir. Memahami semua yang terjadi. Memahami apa maksud dari tindakan Nana tersebut.
***
"Gue minta maaf sama lo, Gifty. Kemarin gue khilaf. Gue nggak nyangka ternyata Nana sampe nyebarin foto itu. Gue pikir dia Cuma mau nunjukkin ke Vigo." Tia tertunduk kaku. Jam istirahat tahu-tahu semua orang berbisik-bisik disaat Gifty sedang sibuk menggambar.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRARANCANGAN HATI [Completed]
Teen FictionMencari Gifty itu mudah. Datangi saja ke kelasnya, toilet, perpustakaan, atau belakang sekolah. Atau temui saja di rumahnya. Mudah, kan? Mencari Vigo yang susah. Di sekolah susah. Di rumahnya apalagi. Jadi, kalau mau mencari Vigo, tanya saja pada Gi...