Sampai di rumah sakit, hal pertama yang Gifty lakukan adalah menghubungi Tomy. Ia mengabarkan kondisi Vigo. Tak berbelit-belit, Tomy langsung menanyakan rumah sakit tempat Vigo di rawat.
Sambil menunggu ketiga orang itu datang, Gifty menunggu di luar. Vigo masih dalam pemeriksaan oleh dokter. Baru beberapa saat lagi Gifty dapat menemuinya. Gifty menghela napas panjang. Masih bingung dengan situasi yang di hadapi Vigo.
Kenapa Vigo berteriak-teriak dan mengatakan kalau tidak ada yang memikirkan dirinya? Kenapa Vigo berpikir kalau tidak ada yang peduli?
Sejauh ini Gifty pikir dia telah mengenal Vigo lebih dalam. Nyatanya masih banyak yang Gifty belum ketahui. Peristiwa tadi... Gifty seperti tidak mengenal sosok Vigo. Seperti bukan keseharian Vigo. Meski tatapan tajamnya selalu sama. Reaksi Vigo tidak pernah sampai seperti itu.
Hal apa yang belum Gifty ketahui dari Vigo? Haruskah Gifty bertanya padanya? Bagaimana kalau itu justru membuat Vigo semakin meningkatkan emosinya?
"Pergi."
Kedua matanya terpejam. Ingin menyingkirkan sekelebat suara Vigo yang mampir dalam pikirannya. Hanya satu kata, tapi terasa perih didalam hati. Gifty mencoba untuk abai dan menganggap kalau itu hanya lampiasan emosi atas masalah yang tengah Vigo hadapi.
Yang masih menjadi bayang-bayang Gifty, apa masalahnya?
"Gifty, dimana Vigo?" yang pertama muncul ialah Tomy dan Fandy. Dengan langkah cepat keduanya menghampiri Gifty.
"Masih dalam pemeriksaan dokter." Jawab Gifty.
"Gimana ceritanya Vigo masuk sini?" Fandy mengambil tempat duduk di sebelah Gifty.
"Bang Ben ngehubungin gue," Gifty mendesah. "Lo inget dia 'kan? Vigo duel gila-gilaan. Mukanya babak belur. Tangannya.. masih di periksa tapi seperti kata Bang Ben, kaya dia rasa tangan Vigo retak."
"Dimana Bang Ben?" Tanya Tomy.
"Dia masih ada urusan di lapangan. Kalo udah selesai, dia kesini." Tomy hanya mengangguk-angguk.
"Fandy," panggil Gifty.
Yang dipanggil menoleh. Di gigitnya bibir bawahnya. Ragu untuk bertanya pada Fandy.
"Berapa lama lo kenal Vigo?"
Fandy mengedikkan kedua bahunya. "Dari masuk SMP. Kenapa lo tanya?" Sedikit bingung dengan pertanyaan Gifty.
Gifty menarik napas. "Selama ini, gue Cuma tau tentang papanya Vigo. Gue pun baru sekali ketemu sama beliau. Kita belum pernah ngebahas tentang ibunya, 'kan?"
Sedikit terperangah mendengar ucapan Gifty. Jelas sekali dari perubahan wajah Fandy. Fandy mendesah dan tertunduk.
"Setau gue—nyokapnya Vigo udah meninggal."
Kedua mata Gifty membesar. "M-meninggal?"
Fandy mengangguk. "Cuma itu yang gue tau. Kapan dan kenapa beliau meninggal. Gue nggak pernah tanya. Gue emang kenal lama sama Vigo. Tapi, gue nggak begitu tau seluk beluk keluarganya. Dia.. Vigo kaya sengaja nyembunyiin itu dari kita. Bahkan, yang gue tau pasti. Hubungan sama bokapnya itu nggak bisa di bilang baik."
Mendengar penjelasan Fandy, Gifty jadi berpikir cukup lama. Benarkah begitu? Seorang Fandy yang sudah mengenal Vigo selama 5 tahun juga tidak tahu menahu soal keluarganya?
"Kenapa lo tiba-tiba nanya?"
Gifty baru akan menjawab saat pintu ruangan Vigo terbuka. Dokter yang menangani Vigo muncul di baliknya. Refleks Gifty disusul Fandy dan Tomy berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRARANCANGAN HATI [Completed]
Teen FictionMencari Gifty itu mudah. Datangi saja ke kelasnya, toilet, perpustakaan, atau belakang sekolah. Atau temui saja di rumahnya. Mudah, kan? Mencari Vigo yang susah. Di sekolah susah. Di rumahnya apalagi. Jadi, kalau mau mencari Vigo, tanya saja pada Gi...