[PH] - 7. Obrolan Satu Malam

6.5K 754 7
                                    

Ini sudah lewat tiga hari sejak permintaan maaf dari Vigo terjadi. Gifty pikir, kedepannya akan terasa berbeda. Vigo yang tiga hari lalu ia lihat akan terjadi seterusnya. Nyatanya, sama saja. Keesokannya saat Gifty berpapasan dengan Vigo. Melirikpun sama sekali tak dilakukan Vigo, apalagi menyapa. Dia hanya fokus melihat kedepan dan berjalan melewati Gifty begitu saja.

Dalam hati Gifty hanya bisa mengutuk dirinya sendiri. Memangnya hanya dengan permintaan maaf dapat memutar balikkan semuanya? Membuat Vigo tidak dingin seperti tiga hari lalu? Mungkin, itu hanya di cerita-cerita dongeng saja. Kenyataannya, tidak sama sekali.

Sejujurnya, Gifty malu pada dirinya sendiri. Semua yang terjadi kali ini bukan salah siapa-siapa, apalagi Vigo. Ini murni kesalahan dari Gifty yang terlalu banyak berharap dari Vigo. Berkali-kali Gifty menguatkan dirinya kalau yang kemarin itu mungkin saja Vigo hanya merasa menyesal. Selebihnya, kembali seperti semula. Seperti Vigo yang seperti biasa. Rasa penyesalan sudah hilang karena Gifty pun telah memaafkannya. Jadi, untuk apa repot-repot mengurusi Gifty lagi?

Ngarep banget sih lo, Gif. Pernah nyebut nama lo aja nggak si Vigo.

Kalau diingat-ingat benar juga. Vigo tidak pernah sekalipun menyebut namanya. Bahkan saat meminta maafpun dia tidak memanggil nama Gifty. Sekujur tubuh Gifty tiba-tiba lemas. Dirobeknya kertas didalam buku sketsanya. Sejak kemarin Gifty ingin sekali menggambar. Untuk Gifty, menggambar mampu melupakan dunia nyatanya sejenak. Tetapi, tiap kali menyoretkan sesuatu pada kertas sketsanya. Tiap itu pula tangannya tanpa sadar bergerak dan menggambar sketsa wajah Vigo.

"Gue kenapa sih?" pelipisnya terasa cenat-cenut.

Daripada pusing memikirkan sketsa yang tak kunjung selesai. Lebih baik Gifty tutup saja dan membaca buku didalam perpustakaan. Baru saja Gifty hendak mengangkat tubuhnya saat tepukan pada bahu yang diberikan oleh Nana mengurungkan niat Gifty.

"Gif, nanti malem ikut, kan, ke acara birthday party nya Via?" ah, acara itu. kepikiran untuk datang pun tidak.

"Ayo, dong, Gif! Sekali-sekali aja deh lo ikut acara kaya gitu," raut Nana memelas. Membuat hati Gifty sedikit luluh. Tapi, tetap saja hatinya masih bimbang. Pasti akan ramai sekali acara itu. Bagaimana tidak ramai? Sepertinya Via mengundang satu angkatan ke acara birthday party-nya. Belum lagi teman-temannya yang berbeda sekolah. Tentunya juga banyak.

Via merupakan anggota cheers dan Nana cukup dekat dengannya. Gara-gara itu, Gifty jadi tahu sedikit tentang Via. Kehidupannya memang serba mewah. Dia dilahirkan dari keluarga berada. Tiap hari ada saja barang-barangnya yang baru dan dia tidak segan-segan untuk mentraktir seisi kantin kalau moodnya sedang baik.

Yah, meskipun Gifty bukan dari keluarga kekurangan. Tetap saja. Uang sebanyak itu sayang sekali hanya digunakan untuk acara party-party tidak jelas. Apalagi acaranya diadakan di sebuah hotel berbintang. Untuk bayar cateringnya saja pasti bisa digunakan untuk acara resepsi nikahan kecil-kecilan. Lebih baik uangnya disumbangkan ke orang yang lebih membutuhkan. Atau beli thai tea sampai mabok.

"Gimana ya? Gue pake apa kalo dateng kesana?" didalam lemarinya, tidak ada dress-dress lucu seperti cewek-cewek kebanyakan. Kalaupun ada, sepertinya dress waktu dia masih kecil yang belum sempat disumbangkan.

"Kita masih bisa beli nanti pulang sekolah," seru Nana. "Atau lo bisa pake dress gue. Belom pernah gue pake kok soalnya ukurannya kegedean."

"Kebiasaan deh. Asal beli sih. Sayang uangnya, Na."

Nana hanya nyengir lebar. "Ikut ya, Gif?"

"Tapi, Na—"

"Gini ya, Gif," ucap Nana kalem. "Gue tau banget lo dari jaman kita SD. Gue ngerti lo nggak nyaman berada didalem keramaian. Lo juga nggak terbiasa buat ketemu orang baru. Tapi, mau sampe kapan? Ayo dong. Pelan-pelan, Gif. Coba. Lo harus coba sekali-sekali keluar dari dunia lo, zona nyaman lo. Kalo nggak gitu, kapan kita mau berkembang?"

PRARANCANGAN HATI [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang