[PH] - 35. Rumor

4.5K 490 14
                                    

"Cerita ke gue," Gifty menoleh dengan bingung. Vigo menyentuh tangan Gifty yang berada diatas pahanya. "Cerita apa aja yang lo lakuin selama hampir dua minggu ini."

"Hmmm?" Kedua mata Gifty melebar. "Cerita apa?"

"Apa aja," Vigo terlihat sumringah. "Gue pengin denger."

Gifty masih terlihat bingung. Membuat Vigo menatapnya dan menyipitkan mata seakan sedang menerka sesuatu.

"Lo nggak mau cerita?"

Kedua bahu Gifty berkedik. "Gue harus cerita apa?"

Terdengar helaan napas. "Gue bilang apa aja. Lo cerita tentang apa aja pasti gue dengerin."

Di genggamnya erat sebelah tangan Gifty. "Gue kangen suara lo."

Di telitinya wajah yang menunjukkan keseriusan itu. Bukannya langsung bercerita seperti yang di minta, Gifty malah terkekeh.

"Gue nyuruh lo cerita. Bukan ketawa." Dengus Vigo. Melepas genggamannya.

Sambil masih menahan senyum. Gantian Gifty yang menggenggam tangan itu.

"Yang mulai perang dingin siapa?" Gifty terkekeh pelan. "Makanya lain kali pikir dulu sebelum bertindak."

Vigo menggerutu pelan.

Gifty melepas genggamannya. Menghadap lurus ke depan. Sembari menyantap sosis bakar yang ada di tangan sebelahnya.

"Hampir dua minggu ini gue nggak berenti mikirin lo," gumam Gifty. "Gue makin males ke kantin atau keluar kelas. Waktu lo dateng buat pertama kalinya setelah keluar dari rumah sakit, gue pergi kemanapun yang gue bisa asal nggak ditanyain sama orang-orang."

"Kadang, cinta bisa selucu itu. Padahal belom kejadian, tapi gue udah menghindar aja."

"Antisipasi, namanya?" Tanggap Vigo.

"Bisa di bilang gitu."

"Terusin. Gue masih mau denger yang lain."

Gifty menarik napas. Merasakan udara puncak yang dingin. Untung penjual sosis bakar ini berbaik hati meminjami dirinya kain untuk menghangatkan tubuh.

"Waktu itu Tomy nyamperin gue," ucapan Gifty terhenti. Ia menggigit bibir. Apa dia harus cerita tentang pertemuannya dengan Sheila?

"Buat?"

"Nanya," jawab Gifty singkat. "Tapi, ada ide tiba-tiba muncul. Gue—" lagi-lagi ucapan Gifty harus berhenti.

"Gue minta tolong ke dia. Gue nemuin Sheila. Gue nggak bisa diem aja dan nggak tau apa-apa."

Vigo tak menanggapi. Membuat seketika Gifty menolehkan pandangannya. Memastikan Vigo yang berada di sebelahnya. Wajahnya terlihat datar. Gifty jadi khawatir. Apa Vigo marah?

"Maaf kalo gue lancang dan maksa Sheila buat cerita semuanya."

"Lo nggak salah," sela Vigo. "Wajar lo ngelakuin itu. Gue udah janji buat cerita pelan-pelan waktu di rumah sakit. Tapi, gue nggak memenuhi janji itu."

Gifty tidak menjawab.

"Maafin gue buat dua minggu terakhir ini. Sikap gue ke lo emang salah. Gue ngelanggar semua janji yang udah gue buat," ucapnya. "Gue ngelanggar janji gue pada diri sendiri buat selalu ada di samping lo dan jagain lo. Gue juga nggak cerita secara langsung tentang masalah gue."

Vigo menertawakan kesalahannya sendiri dan mengusap wajahnya pelan.

"Kalo definisi cinta menurut lo adalah berbagi suka dan duka," Vigo melanjutkan. Di tatapnya Gifty dalam-dalam. "Definisi cinta menurut gue adalah merasa nyaman aja cukup. Gue nggak mau ngerusak kenyamanan itu dengan beban yang gue bawa."

PRARANCANGAN HATI [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang