Bertemu dengan dia merupakan keinginan terakhir dalam hidup Vigo. Bertemu dia selamanya akan terus membawa luka lama dalam diri Vigo. Luka yang telah tercipta dengan bekas sayatan yang sangat besar dalam hati Vigo. Sedikitpun, Vigo tak akan pernah lupa. Meski peristiwa itu sudah terjadi bertahun-tahun lalu.
"Mau apa lo kesini?" Bagaikan es, suara Vigo sedingin itu.
"Aku kesini—"
"Nggak perlu lo jawab," sela Vigo. "Mendingan sekarang lo pergi!"
"Vigo—"
"Jangan panggil nama gue, sialan!" Vigo mengumpat kasar.
Pertahanan yang telah ia bangun selama bertahun-tahun lamanya runtuh. Ia telah menghabiskan sisa-sisa masa kecilnya dengan sebuah masalah yang kelewat besar hingga menjadikan Vigo sosok seperti itu.
"Vigo, aku—"
"Brengsek." Umpatnya lantas pergi. Berniat kembali masuk kedalam mobil dan pergi sejauh-jauhnya dari tempat ini.
"Vigo!"
Langkahnya terhenti ketika di dengarnya suara Valen dari depan pintu. Vigo semakin meradang. Bergantian menatap Valen dan cewek yang tidak dia harapkan. Pandangannya lebih dingin dari beberapa detik lalu.
Jadi, Papanya tahu kedatangan dia dan tidak memberi tahunya sama sekali?
"Jaga bicara kamu dengan Sheila!" Valen menuruni tangga untuk sampai ke garasi rumahnya. "Sheila, maafin Vigo ya?"
"Diam!!!!" Vigo berteriak seperti orang kerasukan. "Gue nggak mau ketemu lo lagi! Jangan pernah munculin diri lo di depan muka gue. Ngerti?!"
"Vigo!! Sheila nggak tau apa-apa! Berapa kali Papa harus bilang ke kamu? Hah!"
"Tapi dia berhasil nyembunyiin rahasia Papa! Sementara Vigo kaya orang bodoh dan nggak tau apa-apa!"
"Vigo, mama sakit," ucapan Sheila mentolerir amarah Vigo. Sejenak Vigo berhenti. Napasnya masih memburu setelah meluapkan amarahnya. "Mama sakit." Ulangnya dengan nada suara yang lebih keras.
"D-dia, dia mau ketemu kamu."
"Emangnya dia siapa buat gue? Hah?" Setelah mengucapkannya, Vigo benar-benar pergi. Ia mengeluarkan kembali mobilnya dari garasi dan melesat menjauh dari rumahnya.
Meninggalkan Valen dengan jutaan rasa campur aduk dan kesedihan bagi Sheila.
Vigo—setelah tumbuh bersama dari kecil, kenapa dia memperlakukan dirinya seolah Sheila yang melakukan kesalahan?
Kalut.
Air mata refleks membasahi kedua pipinya. Valen mengusap wajahnya yang frustasi. Ia sendiri tidak akan menyangka kalau Sheila menghubungi dirinya beberapa hari lalu. Di dekatinya tubuh Sheila dari belakang, mengusap pelan lengan demi menenangkan gadis remaja itu.
"Tolong maafin Vigo. Tidak seharusnya dia memperlakukan kamu seperti ini. Kamu tidak salah."
***
Seharian ini Vigo tidak dapat di hubungi. Tidak mau ambil pusing karena Vigo bukan orang yang membutuhkan benda pintar itu, Gifty memutuskan seharian hanya didalam kamar. Menonton serial tv yang sengaja Gifty kumpulkan agar dapat menonton marathon.
Bunyi ponsel terpaksa menghentikan aktivitas Gifty. Ia mem-pause serial yang sedang ia tonton baru kemudian mengangkat.
"Ini gue Tomy," sapanya.
Dahi Gifty berkerut. Tumben sekali Tomy menelpon. "Kenapa, Tom?"
"Vigo lagi sama lo nggak?"
"Nggak tuh. Ada apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
PRARANCANGAN HATI [Completed]
Teen FictionMencari Gifty itu mudah. Datangi saja ke kelasnya, toilet, perpustakaan, atau belakang sekolah. Atau temui saja di rumahnya. Mudah, kan? Mencari Vigo yang susah. Di sekolah susah. Di rumahnya apalagi. Jadi, kalau mau mencari Vigo, tanya saja pada Gi...