Saat Gifty membuka matanya di pagi hari. Sekujur tubuhnya menggigil. Rasa pening di kepala juga membuatnya tak ingin beranjak dari kasur. Di tariknya selimut sampai menutupi leher. Posisinya miring demi memeluk bantal guling agar tubuhnya lebih hangat.
Gifty sadar kalau dirinya sakit. Menerjang hujan semalam dalam perjalanan pulang dengan menaiki motor Vigo masih membekas dalam ingatannya. Setelah obrolan tentang Tora, Gifty mengajak Vigo keluar rumah. Mencari udara segar. Keduanya mampir di warung bakmi langganan Gifty. Cuaca mendung tak Gifty hiraukan meski Vigo sudah mengingatkan.
"Mendung gini enaknya makan yang anget-anget lah, Go." Elakkan Gifty tak mendapat protes apapun dari Vigo.
Akhirnya Vigo menyanggupi dan menyetujui keluar rumah. Dalam perjalanan menuju tempat bakmi, belum turun hujan. Sampai selesai makanpun, hujan tak kunjung turun. Tak mau ambil resiko, Vigo tetap menyuruh Gifty pulang lebih awal. Sayangnya, di tengah perjalanan mereka, hujan turus dengan derasnya. Tanpa ampun membasahi seluruh jalanan kota.
Mereka berteduh pada sebuah toko yang sudah tutup.
"Jangan mainan ujan," diraihnya tangan Gifty yang tengah menadahkan hujan didepannya.
"Seru tau, Go. Cobain aja."
Lagi-lagi Gifty hanya dapat mengelak. Vigo menyerah untuk mencegah Gifty melakukan apa yang diinginkan. Melihat Gifty yang bermain hujan dengan wajah sumringah mampu sedikit meredakan kekhawatiran Vigo.
Sambil menahan senyumnya, Vigo mengamati Gifty yang asyik dengan aktivitasnya sendiri. Sebuah dorongan kuat bagi Vigo untuk melangkah maju dan berada tepat di belakang Gifty.
Di raihnya tubuh yang setengah basah dari belakang. Mengeratkan kedua tangannya di depan tubuh Gifty. Memeluknya dari belakang. Membiarkan tangan Gifty sontak terbawa ke bawah karena tindakannya. Dingin yang Vigo rasakan. Karenanya, Vigo berharap dia dapat membagi panas tubuhnya dengan Gifty. Lama keduanya dalam posisi seperti itu.
Dinginnya hujan tidak lagi dapat Gifty rasakan. Mendapat sebuah kehangatan dari tindakan Vigo membuat Gifty perlahan menggenggam tangan yang membungkus tubuhnya. Tidak ada kata-kata yang terucap. Membiarkan alam semesta yang saling berpandangan. Menjadi saksi atas dua insan di tengah derasnya hujan menerpa.
"Langsung ganti baju. Nanti masuk angin." Vigo kembali mengingatkan saat mereka berdua sudah sampai rumah Gifty setelah satu jam mereka berteduh menunggu hujan reda.
Kalau Gifty harus mengulang kejadian semalam. Dia ingin mengulangnya sebanyak yang dapat ia lakukan. Meski resikonya seperti pagi ini. Bi Dar mengetuk kamarnya hendak membangunkan Gifty. Kenyataan, ia malah melihat Gifty yang terbaring lemas diatas kasurnya.
"Non, ini Bi Dar bikinin sup jagung kesukaan Non Gifty."
Gifty hanya menggeleng pelan. Lidahnya terasa pahit. Dia tidak ingin makan apapun. Kepalanya benar-benar pening dan kalaupun ia memaksa untuk makan. Yang ada makanan itu akan keluar kembali. Sepertinya demam menyebabkan perutnya bermasalah juga. Atau memang seperti ini? Entahlah, Gifty jarang sakit. Terakhir kali ia hanya sakit gigi dan membuat pipinya membengkak.
"Makan dong, Non. Kalo nggak makan, nanti minum obatnya gimana? Atau mau yang lain? Non mau apa? Biar Bibi masakkin."
"Nggak pengen apa-apa, Bi." Gifty menjawab lemah. "Pengennya tidur." Semakin ditariknya selimut tebal yang Gifty gunakan hingga menutupi kepala. Membuat Bi Dar hanya dapat menghela napas.
Gifty kembali membuka matanya setelah tertidur kembali. Diliriknya jam dinding didalam kamar. Ternyata sudah pukul 1 siang. Lama juga dia tertidur. Aroma yang menguar didalam kamarnya Gifty rasakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRARANCANGAN HATI [Completed]
Teen FictionMencari Gifty itu mudah. Datangi saja ke kelasnya, toilet, perpustakaan, atau belakang sekolah. Atau temui saja di rumahnya. Mudah, kan? Mencari Vigo yang susah. Di sekolah susah. Di rumahnya apalagi. Jadi, kalau mau mencari Vigo, tanya saja pada Gi...