Pertama kali yang Gifty rasakan ketika matanya membuka perlahan adalah rasa pening yang luar biasa. Seluruh tubuhnya terasa pegal-pegal. Sekejap, Gifty memutar otaknya untuk mengingat kembali apa yang terjadi semalam.
Gifty meringis. Memegangi kepalanya sendiri. Otaknya buntu. Tidak ada yang dia ingat selain pergi ke acara pesta ulang tahun Tia semalam. Yang Gifty ingat hanya peristiwa sepotong-sepotong semalam. Dia ingat tenggorokannya kering sekali. Suasananya terlalu panas dan orang-orang berdesakkan. Terakhir, Gifty ingat ia meminum sebuah minuman yang di berikan oleh pelayan yang bertugas membagi minuman. Gifty pikir itu air mineral. Kenyataan, rasanya sungguh berbeda. Bahkan Gifty sampai terbatuk karena meminumnya. Tapi, demi rasa haus yang melanda Gifty menghabiskan minuman itu.
Hanya itu yang dapat Gifty ingat. Ia membasahi bibirnya sendiri. Sesuatu telah mengganggu pikirannya. Apakah Gifty semalam mabuk tanpa ia sadari?
Di sibaknya selimut yang menutupi tubuh. Pakaiannya masih lengkap seperti semalam. Kalau dia tidak ingat apapun, bagaimana dia bisa sampai ke kamarnya? Apa Nana yang mengantar?
Sambil mengerjapkan mata beberapa saat. Gifty mencari ponsel. Cukup lama dia mencari benda itu hingga ia dapat menemukannya di antara buku dan tumpukan tas yang berada diatas meja belajar.
Sambungan telpon terdengar. Gifty mencoba menelpon Nana. Tapi, tidak ada jawaban. Karena rasa pening yang Gifty rasakan. Gifty tak berusaha menghubungi Nana kembali. Nanti saja jika kepalanya sudah lebih baik atau besok di sekolah Gifty menanyakan ini.
"Bi, semalem yang nganterin aku pulang siapa? Terus pulangnya jam berapa?"
Gifty terbangun kembali saat menjelang siang. Ia memutuskan untuk turun ke bawah. Kebetulan Bi Dar sedang lewat. Jadi, Gifty menanyakan hal itu saja.
"Non Nana yang nganter kok. Ngg.. Jam berapa ya? Malem banget lah pokoknya, Non." Bi Dar terlihat ragu.
"Kenapa, Bi?"
"Non Gifty.. Ngg.. Anu.. Semalem abis minum ya?"
Gifty terhenyak di tempatnya berdiri. Benar dugaannya. Karena mabuk dia tidak ingat semuanya. Kepalanya terasa pening saat membuka mata tadi pagi.
"Kayaknya aku salah minum air, Bi." Gifty menjawab pelan.
Bi Dar mendekati Gifty. Tersenyum. "Mau Bibi bikini susu?"
Gifty mendongak. Menatap Bi Dar. Menganggukkan kepalanya.
***
Hujan menghentikan langkah Gifty untuk meneruskan perjalanannya ke rumah. Ia terjebak di halte sendirian. Cuaca cerah di pagi hari membuat Gifty tak mengantisipasinya dengan membawa payung. Tak menyangka kalau sore hari hujan turun tanpa ia sangka.
Dalam kondisi seperti itu, bibirnya malah menyunggingkan senyum. Hujan mengingatkannya kembali pada Vigo. Saat mereka berdua berteduh sehabis makan malam di warung bakmi. Saat yang tidak Gifty sesali meski paginya ia harus merasakan demam.
Gifty menghela napas hanya dengan mengingat peristiwa itu kembali. Itu dulu, Gifty. Saat ini, mana mungkin hal itu terjadi. Sudah hampir dua minggu keduanya tidak saling bicara. Lagi-lagi Gifty hanya bisa menghela napas tanpa dapat melakukan apapun.
Andai waktu dapat berputar seperti yang dia inginkan.
Gifty menengadahkan wajahnya keatas. Menatap dengan detil proses turunnya hujan jatuh membasahi tanah. Satu tangannya perlahan terangkat, terulur ingin menyentuh butiran hujan yang jatuh. Ketika dingin ia rasakan pada telapak tangannya, Gifty termenung.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRARANCANGAN HATI [Completed]
Teen FictionMencari Gifty itu mudah. Datangi saja ke kelasnya, toilet, perpustakaan, atau belakang sekolah. Atau temui saja di rumahnya. Mudah, kan? Mencari Vigo yang susah. Di sekolah susah. Di rumahnya apalagi. Jadi, kalau mau mencari Vigo, tanya saja pada Gi...