Kedua dahi Valen mengerut. Jadi, yang di cari Vigo ialah Kenta? Anak itu seperti kabut. Sulit sekali menggapainya. Tak ada catatan apapun. Kasar, tangannya membalik lagi kertas di tangannya.
Nama Tora tercantum diatas kertas itu. Nama ini terdengar tidak asing. Dia ingat saat orang yang ia suruh memata-matai Vigo dari jauh mengatakan kalau Vigo tak sengaja membuat lawan duelnya masuk rumah sakit. Salah satu nama pemilik club yang Vigo datangi juga masuk dalam daftar kertas tersebut.
Dari hasil penelusuran yang ia dapat. Tercatat, pemilik club ini merupakan seorang Bandar yang menyalurkan berbagai jenis narkoba di Indonesia. Statusnya sebagai buron atas pangkatnya sebagai bandar pastinya tak akan di ketahui. Jejaknya sangat bersih. Sehingga tak ada catatan criminal pada data yang Valen dapatkan. Tetapi, bukan Valen namanya kalau tidak mendapatkan apa yang dia inginkan.
Dengusannya terdengar semakin keras. Lembaran kertas itu ia tutup dan ia lempar keatas meja kerjanya.
"Cari bukti yang lebih konkrit!!" Ruangan besar tepat di lantai 33 sebuah gedung di penuhi suara bariton Valen yang menggelegar.
"Saya mau segala kejahatan mereka di beberkan! Biar mereka semua membusuk di penjara dan nggak akan berani nyentuh anak saya lagi!"
Orang dengan jas berwarna hitam menunduk patuh. "Baik, Tuan."
"Cari tau ada hubungan apa Kenta dengan Tora. Kalau perlu, ancam orang untuk membuka suara. Masalah sejatinya ada di dua anak ini."
"Baik, Tuan."
"Kamu boleh keluar."
Jemarinya mengetuk bagian atas meja. Sebentar lagi. ia hanya butuh waktu sedikit lagi untuk menjebloskan mereka semua kedalam penjara.
***
Saat Vigo sampai rumah, Valen telah menunggunya di meja makan. Vigo hanya sekilas melirik dan hendak menaiki tangga keatas. Tidak ia hiraukan kehadiran Valen yang sedari tadi sudah menunggunya.
"Kunci motor kamu ada di nakas kamar. Besok pagi kamu bisa pake buat ke sekolah."
Sejenak Vigo terpaku. Kemudian kepalanya mengangguk. Tanpa mengucapkan sepatah katapun, Vigo benar-benar menaiki tangga. Masuk kedalam kamar.
Seperti kata Papanya, kunci motornya sudah berada diatas nakas sebelah tempat tidur. Setelah sekian lama tak mengendarai motor kesayangannya, Vigo meraih kunci itu. Ia menyeringai. Membiarkan tubuhnya jatuh keatas kasur.
Di bawah, Valen hanya dapat menghela napas. Bahkan sepatah katapun tak dia ucap. Diusapnya wajah yang kusut beberapa hari terakhir. Mendesah. Setidaknya dia telah mencoba.
***
Betapa terkejutnya Gifty saat keluar rumah dan mendapati Vigo berada di luar rumahnya. Wajahnya cerah. Kedua sudut bibirnya tertarik keatas menikmati keterkejutan di wajah Gifty.
"Mau pergi kemana?" Sapanya riang berbasa-basi. "Biar gue anter. Gratis. Nggak di pungut biaya."
Gifty berjalan cepat untuk mendekati Vigo. "Kok lo disini? Motor lo udah balik?"
"Sini, naik keatas motor dulu. Jawabnya nanti pas udah jalan." Vigo menyerahkan helm pada Gifty.
Bukannya mengambil helm itu, Gifty malah menggeleng. "Nggak usah deh. Gue naik bus aja."
"Kenapa?" Vigo memasang wajah pura-pura kecewa. "Padahal gue udah bela-belain berangkat pagi buat jemput lo dulu."
Gifty tetap menggeleng. "Ng.. Lagian.. Lo mendadak jemputnya," bingung harus mengatakan apa lagi. Gerakan Gifty jadi serba ragu.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRARANCANGAN HATI [Completed]
Teen FictionMencari Gifty itu mudah. Datangi saja ke kelasnya, toilet, perpustakaan, atau belakang sekolah. Atau temui saja di rumahnya. Mudah, kan? Mencari Vigo yang susah. Di sekolah susah. Di rumahnya apalagi. Jadi, kalau mau mencari Vigo, tanya saja pada Gi...