[PH] - 3. Sebab Akibat

7.5K 810 8
                                    

Pagi-pagi sekali Gifty berangkat ke sekolah. Suasana lengang hinggap ketika diinjaknya lantai SMA Titanium. Tak peduli suasana lengang yang mengisi pagi ini. Langkah Gifty lebar mendekati lorong deretan loker-loker berdiri. Jam pertama diisi dengan pelajaran olahraga. Minggu kemarin dia sudah telat mengikuti pelajaran itu sehingga hukuman yang diberikan menjadi dua kali lipat. Satu hukuman dari Mrs. Karsinah yang minggu kemarin bertugas sebagai guru piket untuk membersihkan toilet perempuan. Satu lagi dari Pak Joko, guru olahraga SMA Titanium, kakinya bahkan seolah mengambang karena harus berlari 10 kali mengelilingi lapangan.

"Buat apa lo ikut campur?"

Suara yang muncul tiba-tiba dari belakang tubuh Gifty menyentaknya selama beberapa saat. Butuh waktu beberapa detik untuk menetralkan kembali jantungnya yang berpacu cepat. Saat debaran jantungnya mulai mereda, hal paling tidak disangka ialah mendapati ternyata yang membuatnya tersentak adalah Vigo.

Tumben sekali Vigo datang pagi-pagi seperti ini.

Raut wajah Vigo tidak main-main. Tatapan tajamnya yang biasa ia berikan pada orang-orang. Kali ini benar-benar ditujukan untuk Gifty. Sesaat, tatapan itu membuat Gifty mengkerut takut. Gifty tidak mengerti. Kenapa Vigo mendatanginya sepagi ini?

"M-maksudnya?" terbata Gifty menjawab.

"Jangan jadi pahlawan kesiangan," ujar Vigo. "Lo nggak tau kedepannya gimana dari sikap lo saat ini."

"Gue bukan pahlawan kesiangan," suara Gifty kali ini terdengar lancar. "Gue.. Gue Cuma melakukan tugas gue sebagai makhluk sosial."

"Nggak semua makhluk sosial perlu bantuan di setiap keadaan, apalagi bantuan itu malah akan menimbulkan masalah baru."

Gifty terdiam, tersinggung dengan tuduhan Vigo yang mengatakan kalau dirinya adalah pahlawan kesiangan.

"Soal tindakan gue kemarin. Itu semata-mata dorongan refleks gue aja. Maaf, kalo lo nggak suka dan cara gue salah." Tak menanggapi ucapan Gifty, Vigo melangkahkan kakinya pergi tanpa sepatah katapun. Membuat Gifty hanya dapat tercengang dan mengelus dada.

Selepas Vigo pergi, Gifty menutup kembali lokernya yang terbuka dan beranjak ke ruang ganti. Meskipun seragamnya dari rumah sudah mengenakan kaos olahraga. Entah kenapa Gifty ingin saja pergi kesana. Tak lama berada di ruang ganti, Nana datang sambil membawa tas jinjing yang biasa ia bawa jika ada pelajaran olahraga.

"Sehati banget, Gif, kita dateng pagi barengan. Padahal nggak janjian," serunya riang. "Gimana kemarin belanja bulanannya sama Bi Dar?"

Gifty hampir menjawab apa maksud Nana setelah ingatannya memunculkan alasan menolak Gifty kemarin saat pulang sekolah.

"O-oh, itu, biasa aja kok. Udah lengkap semua pokoknya." Gifty mencoba tertawa untuk mencairkan kecanggungan karena sedang berbohong. Untung Nana tidak terlalu menyadari karena sibuk dengan isi tas jinjingnya.

"Gif, sweater gue yang coklat masih di kamar lo ya? Soalnya di lemari gue nggak ada nih," katanya.

"Iya. Lo lupa bawa waktu nginep minggu kemarin. Udah gue cuci kok sekalian. Sorry ya lupa mulu mau ngasih tau."

Nana menoleh dan nyengir lebar. "You're the best, Giftyyy!"

Bibir Gifty hampir keceplosan menceritakan soal Vigo pada Nana. Setelah lama berpikir diurungkannya niat itu untuk menceritakan soal Vigo yang ia ketahui. Gifty menganggap kalau sebaiknya Nana tidak perlu tau. Lagipula, seperti yang Vigo bilang. Tidak perlu dirinya berlagak menjadi pahlawan kesiangan. Predikat itu saja sudah membuat Gifty tersinggung. Kalau ia sampai menceritakan pada Nana soal Vigo kemarin. Yang ada predikat itu akan bertambah dengan sebutan pengadu.

PRARANCANGAN HATI [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang