Perasaan Gifty sudah lebih baik sejak kemarin. Setelah dua hari tidak masuk ke sekolah, rasanya Gifty sedikit rindu. Seharian di rumah terasa sangatlah membosankan. Apalagi rumah Gifty sepi. Hanya ada Bi Dar yang mengurus dirinya. Untung ada Juna yang tiap saat menemani dan jika pulang sekolah ada Nana dan Vigo yang datang.
Melihat Juna dan Vigo berbicara santai membuat hatinya senang. Dua cowok yang Gifty sayangi ada di hadapannya. Saling menjaga Gifty. Mau meluangkan waktunya hanya untuk merawat Gifty yang sedang sakit.
"Sarapannya hari ini yang banyak ya, Non! Biar kuat! Nggak sakit lagi deh kaya kemarin!" Bi Dar mengangkat tangannya, menampilkan otot yang tak terbentuk sama sekali. Membuat Gifty tertawa geli tapi tetap mengangguk demi menjawab ucapan dirinya.
"Bibi tu yakin, Non Gifty sakit kemarin gara-gara jarang sarapan dan kalo sarapan dikit banget. Jadi gampang kan kemasukan angin. Daya tubuhnya kurang kuat sih," omongan Bi Dar merembet kemana-mana. Meski alasannya sebenarnya hanya mengarang, Gifty iya-iya saja. Toh, memang dia jarang sarapan. "Bibi juga udah bawain bekel. Buanyak... Buat pacarnya Non Gifty juga udah Bibi siapin."
Gifty mengacungkan jempolnya. "Bi Dar emang terbaik deh!" Pujinya tulus.
Mengingat sudah hampir pukul 06.30 WIB, Gifty bergegas menyelesaikan sarapannya dan buru-buru bersiap untuk berangkat. Kalau kesiangan sedikit saja bisa-bisa bus yang di tunggu sudah keburu penuh dan didalamnya di isi orang-orang seperti ikan pepes berjejer. Walau sudah biasa dengan pemandangan seperti itu. Tetap saja, dia tidak ingin terlalu berdesakkan. Mengingat meningkatnya tingkat orang mesum yang sinting di muka bumi ini.
"Biii... Aku berangkat yaaaa!"
Bi Dar menjawab dari dapur. Sepertinya sedang menunggu mesin cuci yang sebentar lagi selesai. Seperti petasan yang melesat dengan cepat, Gifty sudah berada di luar rumahnya. Hendak menutup pintu kembali.
"Masih pagi begini udah buru-buru aja. Mau kemana?"
Gifty terperanjat dari tempatnya berdiri. Sejak kapan Vigo sudah berada di rumahnya?
"Ngapain disini?" pertanyaan bodoh yang lagi-lagi Gifty lontarkan. Seperti tak belajar dari masa lalu. Iya, masa-masa waktu Vigo menjemputnya dan membuat satu sekolah gempar.
Lebih terperanjat lagi ketika mata Gifty terpaku pada sebuah mobil di sebelah Vigo.
"Itu mobil siapa?" Tunjuknya cepat.
Vigo melirik jam tangannya. "Udah jam setengah 7. Gue belom sarapan. Ayo, masuk."
"Sarapan didalem aja. Bi Dar udah masak." Kalimat itu keluar begitu saja dari mulut Gifty.
Vigo menggeleng cepat. "Gue sarapan di kantin aja."
"Di dalem aja. Kan jadi nggak perlu keluar uang buat bayar makanan di kantin." Radar emak-emak pelit Gifty muncul.
Vigo tertawa mendengarnya dan tetap menggelengkan kepala.
"Gue emang udah niat sarapan di kantin. Dan lo bakal temenin gue disana."
"H-hah?"
"Udah nggak perlu ada lagi yang di tutupin. Walopun gue terkesan nggak peduli. Tapi, gue tau apa yang di omongin orang-orang. Jadi, daripada repot dengerin mereka. Kenapa nggak buktiin aja kalo emang omongan mereka bener?"
"O-omongan yang mana?"
Sudut bibirnya terangkat keatas meski hanya sedikit. "Omongan mereka yang bilang kalo kita pacaran."
***
Selama status Gifty sudah berganti menjadi pacar seorang Vigo. Gifty sama sekali belum pernah menginjakkan kakinya di kantin sekolah. Selain malas, Gifty malas mendengar komentar orang-orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRARANCANGAN HATI [Completed]
Teen FictionMencari Gifty itu mudah. Datangi saja ke kelasnya, toilet, perpustakaan, atau belakang sekolah. Atau temui saja di rumahnya. Mudah, kan? Mencari Vigo yang susah. Di sekolah susah. Di rumahnya apalagi. Jadi, kalau mau mencari Vigo, tanya saja pada Gi...