"Beda banget, 'kan?" Seru Nana. "Waktu gue jemput di Bandara aja gue sampe diem beberapa detik. Padahal Juna Cuma beberapa meter didepan gue. Tapi, gue nggak ngeh. Dia sengaja nggak manggil duluan biar gue liat. Taunya .. gue nggak liat-liat akhirnya dia geregetan kali ya? Baru deh dia nyamperin gue."
Gifty mendengarkan cerita Nana dengan seksama sambil sesekali tersenyum membayangkan.
"Apalagi lo ya, Gif, tiba-tiba dia udah ada di rumah lo. Padahal lo nggak tau apa-apa soal dia balik ke Indo."
Gifty melenguh. "Kenapa sih pake rahasia-rahasia segala?"
"Juna yang minta. Padahal gue udah pengen banget bilangin ke lo waktu itu," Ponsel Nana bergetar. "Eh, Juna nih! Udah di bawah katanya.
Nana tertawa kecil. "Lah, sampe lupa ya kalo dia mau jemput kita." Gifty ikut tertawa.
Parkiran sekolah masih ramai. Mobil Juna sudah terlihat didepan mata. Tapi, yang mengemudikan tidak keluar menampakkan batang hidungnya dan memilih tetap berada didalam mobil. Gifty dan Nana menghampiri mobil Juna.
"Gifty di depan apa di belakang?" Tanya Nana yang bersiap membuka pintu mobil.
Tangan Gifty membuka pintu belakang mobil. "Belakang aja, Na. Males pake seatbelt." Jawab Gifty.
Baru saja pintu mobil terbuka ketika dirasakannya kandung kemihnya penuh. Kedua kakinya sontak merapat dengan gerakan tak nyaman.
"Aduh .. Gue ke toilet dulu ya, bentar aja. Kebelet banget nih." Gifty tak mengindahkan jawaban dari Juna dan Nana yang baru saja ingin mengenakan seatbelt dan melesat pergi menuju toilet.
***
"Semingggu ini lo lagi kenapa sih, Go?" Tanya Bayu. "Udah tiga kali lo nggak latihan bareng anak-anak."
"Lo lagi ada masalah? Kalo iya, cerita aja sama kita-kita. Feel free to ask," ucapan Tomy malah mendapat lemparan kacang dari Fandy. "Apaan, gila! Lempar-lempar kacang! Ngomong dong kalo mau lempar. Kan, jadi mubazir jatoh ke tanah gitu."
Bayu menahan tawanya dan menggerak-gerakkan jari telunjuk pada dahinya. Menyadari Bayu baru saja mengatai dirinya 'sinting', Tomy memiting Bayu sehingga Bayu mengaduh sambil tertawa-tawa.
Selagi Bayu dan Tomy sibuk memiting satu sama lain dan membalas setiap tindakan yang keduanya lakukan. Fandy bergerak maju agar lebih dekat dengan Vigo.
"Lo masih mikirin kekalahan kita kemarin itu?" Tanya Fandy.
"Bukannya lo yang masih mikirin?"
"Oh, jadi, ceritanya lo ngambek sama gue? Oke!" Fandy pura-pura melengos.
Vigo hanya menggelengkan kepalanya sejenak. Melempar botol aqua kosong pada Fandy yang entah kenapa secara refleks di tangkapnya. Membuat ia misuh-misuh sendiri, menyesali perbuatannya. Karena setelahnya Vigo beranjak pergi.
"Besok kita latihan. Bilangin ke anak-anak," ucap Vigo. "Hari ini, gue ada urusan lain." Vigo benar-benar melangkahkan kakinya pergi tak peduli tatapan cengo dari ketiga temannya.
***
Lega rasanya setelah keluar dari toilet. Gifty harus cepat-cepat kembali ke mobil kalau tidak ingin membuat Nana dan Juna lama menunggu. Bunyi pintu toilet yang terbuka memenuhi lorong yang kosong.
"Buru-buru banget kayanya?"
Kalau saja Gifty sudah melepaskan genggamannya pada knop pintu toilet. Mungkin ia akan terjatuh saking terkejutnya melihat keberadaan Vigo didepan toilet.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRARANCANGAN HATI [Completed]
Teen FictionMencari Gifty itu mudah. Datangi saja ke kelasnya, toilet, perpustakaan, atau belakang sekolah. Atau temui saja di rumahnya. Mudah, kan? Mencari Vigo yang susah. Di sekolah susah. Di rumahnya apalagi. Jadi, kalau mau mencari Vigo, tanya saja pada Gi...