"Mau ke rumah sakit, Gif?" Gifty mengangguk penuh semangat. "Salamin ke Vigo ya. Sorry belom bisa jenguk. Lo tau 'kan basket sibuk, cheers juga nggak kalah sibuk."
Gifty tahu kepadatan jadwal latihan Nana. Jadi, Gifty memakluminya dan tersenyum sumringah.
"Nanti gue salamin, Na!"
"Siaaap!"
Kalau kemarin pulang sekolah Gifty di temani dengan Bayu, Fandy, dan Tomy. Hari ini Gifty ke rumah sakit sendirian. Seluruh tim basket dan cheers memang sedang sibuk-sibuknya mengingat pertandingan sebentar lagi datang.
Sebelum ke rumah sakit, Gifty mampir ke toko buah lebih dulu. Vigo suka sekali makan apel. Jadi, Gifty memutuskan untuk membawakannya apel dan juga pear, kesukaan Gifty sendiri.
Gifty tersenyum pada perawat yang lewat. Sambil menunggu lift yang akan membawanya ke lantai 4, Gifty melihat-lihat tiap sudut lift. Hal yang biasa Gifty lakukan jika sedang tidak tahu harus berbuat apa.
Di sepanjang lorong rumah sakit. Gifty bersenandung pelan. Saat sampai di depan pintu ruangan rawat inap Vigo, tanpa melihat kedalamnya, Gifty langsung membuka pintu tersebut.
"Vigo, gue bawain—" ucapan Gifty terhenti saat dilihatnya seorang perempuan yang Gifty lihat sekilas sepantaran dengan dirinya dan Vigo.
Vigo dan perempuan itu menatap Gifty bersamaan. Gifty mencari tahu lewat pandangan matanya. Tapi, Vigo seperti tak merespon isyarat yang Gifty berikan. Alih-alih, Vigo malah terdiam.
"O-oh, gue pikir, nggak ada siapa-siapa." Gifty berusaha terlihat biasa. Perempuan itu berdiri dan tersenyum kaku. Dua orang asing yang tidak saling mengenaldi pertemukan dalam satu ruangan. Apa yang harus dilakukan?
Suasana canggung untuk kedua kalinya Gifty rasakan dalam ruangan itu.
"Gue beli apel sama pear. Gue taroh disini ya?" Ucap Gifty.
Vigo tidak menjawab. Justru perempuan itu yang menghampiri Gifty.
"Maaf, kalo ganggu." Ujar perempuan itu.
Gifty menggeleng dengan cepat. "Nggak kok. Nggak ganggu."
"Oh iya," perempuan itu mengulurkan sebelah tangannya pada Gifty. "Kita belom kenalan. Sheila." Dia memperkenalkan diri.
Sheila.
Gifty belum pernah Vigo menyebut nama itu.
"Gif—"
Sebelum Gifty memberi tahu namanya. Suara Vigo terdengar pelan tapi tajam.
"Gifty, tolong keluar dulu."
Seperti ada sebuah palu yang memukul tubuhnya kencang. Ucapan Vigo sukses membuat ketakutannya kemarin-kemarin terjadi. Meskipun tidak kasar. Tetap saja, Vigo baru saja menyuruhnya untuk pergi 'kan?
Menyuruhnya pergi dan meninggalkan perempuan bernama Sheila didalam ruangan ini. Sebenarnya siapa Sheila dalam hidup Vigo?
"Tolong, keluar dulu."
Gifty menatap Vigo cukup lama. Memberikan sebuah banyak pertanyaan hanya dari tatapannya. Tapi, Vigo tidak bereaksi apapun. Ia hanya diam. Seolah menunggu Gifty segera keluar dari ruangan.
Baik. Kalau itu yang diinginkan Vigo.
"Oke. Gue keluar."
***
Gifty tak bisa menyembunyikan rasa sedihnya. Dadanya terasa sangat sesak. Seperti hatinya tengah teriris oleh sesuatu. Belum cukup reda ketakutannya tentang Vigo atas sikapnya waktu itu. Kali ini ketakutan itu harus ditambah dengan adanya Sheila.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRARANCANGAN HATI [Completed]
Teen FictionMencari Gifty itu mudah. Datangi saja ke kelasnya, toilet, perpustakaan, atau belakang sekolah. Atau temui saja di rumahnya. Mudah, kan? Mencari Vigo yang susah. Di sekolah susah. Di rumahnya apalagi. Jadi, kalau mau mencari Vigo, tanya saja pada Gi...