[PH] - 24. Menangkap Kebenaran

5K 574 5
                                    



Seharian ini ponsel Nana ikut tidak aktif seperti Juna kemarin-kemarin. Yang lebih mengherankannya lagi, Nana tidak masuk sekolah. Belum habis kekhawatirannya dengan Juna, kali ini ditambah Nana yang membuat seharian berada di sekolah hari ini menjadi tidak fokus.

Niat Gifty bulat. Pulang sekolah ia akan ke rumah Nana. Barangkali Nana sakit. Sambil menuruni tangga ke lantai satu, tangannya sibuk mengutak-atik ponselnya, menelpon orang rumah Nana. Tak berapa lama, suara Bi Imah—asisten rumah tangga Nana sejak kecil mengangkat.

"Loh, non Nana kan di apartemennya den Juna. Nggak sama non Gifty tah ternyata? Kupikir sama non Gifty lho."

Kening Gifty mengerut dua kali lipat. Nana di apartemen Juna? Jadi, Juna sudah pulang? Tapi, kenapa Nana tidak masuk sekolah? Banyak pertanyaan menghampiri otak Gifty. Dan untuk menjawab pertanyaan yang ada di otak Gifty adalah mengunjungi apartemen Juna.

Kakinya terus melangkah sementara ponselnya masih ia pegang. Kalau naik bus dari sekolah menuju apartemen Juna. Rasanya sulit. Rute ganti busnya tidak cukup sekali dua kali. Lagian, Gifty lupa-lupa ingat kalau harus kesana naik bus. Kemudian mengutak-atik ponselnya lagi dan membuka aplikasi ojek online.

Di depan pos satpam, Gifty berdiri, hendak mencari driver. Saat tangannya hendak menekan order, Vigo menghampirinya tepat di hadapan dia berdiri.

"Gue nungguin lo daritadi, lo malah disini," ucapnya. "Nungguin apa?" Kepala Vigo menoleh ke sekitar. Menebak-nebak apa yang sedang dilakukan Gifty.

Gifty menggeleng dan tersenyum tipis. "Ini, mau nunggu ojek online. Mau ke apartemen Juna."

Mendengar nama Juna disebut, pandangan Vigo menyelidik.

"Apartemen Juna?"

Gifty buru-buru membenahi ucapannya sebelum Vigo salah tangkap.

"Nana nggak masuk hari ini. Katanya di apartemen Juna. Jadi, gue mau ngecek kesana."

"Kenapa nggak coba telpon?"

"Hp mereka nggak ada yang aktif."

Vigo menimbang dengan cepat. "Kalo gitu gue anter."

"A-apa?"

"Gue anterin ke apartemen Juna."

"Nggak—"

Vigo menyela dengan senyuman yang tidak seperti biasanya. Bukan pertanda yang bagus untuk ukuran sebuah senyuman. Tangan Vigo sudah terulur pada Gifty. Satu alisnya terangkat keatas. Menunggu respon dari Gifty.

Gifty menghela napas dan mengalah pada ucapan Vigo.

***

Motor Vigo hanya mengantar sampai depan lobby apartemen. Dalam perjalanan tadi, Gifty yang memintanya. Vigo ingin sekali menolak dan mengantarnya sampai masuk kedalam apartemen Juna. Tapi, Vigo tidak ingin merusak suasana dan di cap sebagai seorang cowok yang terlalu curiga dan tidak memberikan keleluasaan Gifty dalam bersosialisasi.

Meski berat meninggalkan Gifty sendiri apalagi mendatangi apartemen Juna—yang Vigo tahu ada sesuatu dalam diri Juna yang ia sembunyikan pada Gifty. Satu hal yang membuat kekhawatiran Vigo cukup reda adalah ucapan Gifty sendiri.

"Nggak ada yang perlu di khawatirin, Vigo. Juna itu sahabat gue dari kecil. Dan selamanya akan selalu begitu."

Yah, memang.

Sepenuhnya Vigo percaya dengan Gifty. Tapi, Juna, dia belum dapat memastikan apakah cowok itu bisa di percaya atau tidak. We'll see.

"Mau di jemput jam berapa?"

PRARANCANGAN HATI [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang