Tak seperti tes urine yang hanya membutuhkan 2 hari. Tes rambut untuk pemeriksaan positif atau negatif narkoba berlangsung selama 5 hari. Setidaknya, itu yang dialami Vigo. Selama 5 hari itu pula tak ada yang di perbolehkan menjenguk Vigo. Meskipun selama 5 hari itu pula, keempat orang itu tetap datang walau kenyataan mereka tak di perbolehkan masuk.
Bantuan dari om-nya Fandy juga sudah tak berarti lagi. Karena pemeriksaan rambut lebih ketat dari pemeriksaan yang lain. Maka, selama pemeriksaan itu Vigo benar-benar tak dapat di temui.
Karena di tangkap dan masih dalam tahap pemeriksaan. Seminggu ini Vigo tidak masuk sekolah. Perlahan desas-desus tentang Vigo mulai mereda. Di tambah ancaman Fandy waktu itu. membuat semua orang langsung merasa segan membicarakannya.
Belum ada yang mengetahui bagaimana hasil tes-nya. Tetapi, keempatnya percaya, hasilnya akan negatif. Sejak kemarin Fandy berinisiatif dan mencari tahu identitas Kenta yang di sebut Tora. Dalam usaha pencariannya, sedikit sekali hasil yang ia dapat. Yang jelas, Fandy tahu kalau Tora dan Kenta saling mengenal.
Hari ini Gifty memutuskan absen dan membiarkan Bayu, Fandy, dan Tomy pergi menuju BNN tanpa dirinya. Entah kenapa perasaannya menjadi lebih gelisah. Ia seperti merasakan déjà vu. Terakhir ia sudah sangat antusias mendatangi BNN demi melihat Vigo yang keluar. Alih-alih, Gifty harus menerima kenyataan kalau Vigo masih harus menjalani tes rambut.
"Mikirin Vigo?" Tau-tau Nana sudah berada di sebelahnya. Padahal ia tadi pamit ke toilet sebentar selagi menunggu Pak Iwan menjemput.
Gifty menghela napas. Tak menjawab.
Sesuai janjinya, Gifty akhirnya menceritakan soal dirinya dan Vigo. Bagaimana kedekatan mereka selama ini. Tentu tidak semua Gifty ceritakan. Terutama soal Vigo yang menginap pada malam sebelum ia di tangkap.
"Hari ini hasilnya keluar ya?" Gifty mengangguk. Seakan mengerti dilemma yang di alami Gifty. Di usapnya lengan Gifty dengan lembut. "Semuanya pasti bakal baik-baik aja. Gue yakin."
"Gue harap juga gitu."
"Pulang, yuk? Mendung nih. Nanti keburu ujan. Banjir terus macet. Rempong, cyin." Gifty akhirnya dapat tertawa barang sejenak mendengar gurauan Nana.
***
Nana mengantar Gifty sampai ke depan rumah. Karena ada hal yang harus di urus, Nana tidak sempat mampir. Gifty membuka pintu rumahnya. Bunyi khas pintu terbuka terdengar ke seluruh ruangan. Bi Dar tergopoh-gopoh keluar dari dapur, masih memakai celemek. Menyambut kedatangan Gifty seperti biasa.
"Non, tadi siang den Juna kesini."
Kedua alis Gifty terangkat. "Ngapain, Bi?"
"Minta izin ke kamar Non Gifty. Bibi juga kurang tau dia ngapain."
"Kok di bolehin sih, Bi?" Membayangkan Juna masuk kedalam kamarnya dan memeriksa seisi kamar entah kenapa membuat rona merah menghampiri pipi Gifty.
Mendadak Bi Dar salah tingkah. Raut wajahnya bersalah.
"Yah, terus gimana, Non? Udah terlanjur.. Lagian, Bibi pikir Non Gifty bakal bolehin. Kan udah temenan dari kecil juga. Maaf ya, Non, Bibi nggak ngabarin dulu ke Non." Mendengar itu mau tidak mau Gifty tersenyum.
Di kibaskan tangannya ke udara. Terkekeh. "Ih, apa sih, Bi Dar! Nggak usah gitu-gitu amat dong. Nggak papa kok. Aku Cuma takut aja Juna buka macem-macem. Dia, 'kan, super iseng."
Ada kelegaan di wajah Bi Dar. "Beneran, Non?" Bi Dar masih terus memastikan. Gifty mengangguk sambil tersenyum dan beranjak naik keatas. Ke kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRARANCANGAN HATI [Completed]
Teen FictionMencari Gifty itu mudah. Datangi saja ke kelasnya, toilet, perpustakaan, atau belakang sekolah. Atau temui saja di rumahnya. Mudah, kan? Mencari Vigo yang susah. Di sekolah susah. Di rumahnya apalagi. Jadi, kalau mau mencari Vigo, tanya saja pada Gi...