"Dari kemarin susah banget di cariin," keluh Vigo pada Gifty. "Di tungguin di parkiran taunya udah pulang duluan."
Mereka berdua sedang duduk-duduk di belakang sekolah. Menghabiskan makanannya bersama.
"Kemarin Mama Papa pulang," Gifty menjawab santai. "He he emang nyariin ya?"
"Orang tua lo pulang?" Gifty mengangguk. "Pasti lo seneng banget ya sampe buru-buru pulang."
"Banget."
Keduanya terdiam. Tenggelam dalam pikiran masing-masing. Beberapa detik setelahnya, Gifty menatap diam-diam Vigo yang memandang lurus kedepan. Entah apa yang sedang dilihatnya. Di amatinya wajah cowok yang berada di sebelahnya.
Sampai detik ini, Gifty masih merasa seperti didalam mimpi. Bersama Vigo seperti saat ini, tidak pernah terbayangkan dalam pikirannya.
"Segitu sukanya sampe diliatin mulu?" Suara Vigo membuyarkan pengamatan Gifty.
Kikuk, Gifty memandang kearah lain. Menyelipkan anak rambutnya yang menutupi wajah.
"Hmm?" Pandangan Vigo beralih pada Gifty yang kini menunduk.
"Ng.. Nggak."
"Jangan diliatin aja dong."
Kedua alis Gifty terangkat. "Hah?"
"Di sayang juga."
Antara geli dan aneh mendengar ucapan Vigo barusan. Mengenal Vigo lebih dalam, ternyata dia tidak seperti yang Gifty pikirkan. Kalau dulu Gifty merasa terintimidasi hanya dengan tatapannya. Saat ini, Gifty justru sangat menikmati keberadaan dirinya di dekat Vigo.
"Ke puncak yuk?" Ajakan tiba-tiba yang keluar dari mulut Vigo membuat Gifty hanya dapat membuka mulutnya. Terperangah.
"Gue nggak salah denger?"
Di tatapnya raut wajah anatara percaya dan tidak percaya itu.
"Gue perlu ngulangin lagi apa nggak?"
"Ngapain ke puncak?"
Vigo menyeringai. "Berarti gue nggak usah ngulangin."
"Serius, Vigo. Mau ngapain kesana? Buang-buang waktu doang yang ada."
Kali ini tidak langsung menjawab. Pandangannya beralih menatap rumput-rumput di depan mereka yang mulai tumbuh.
"Sama lo gue nggak pernah ngerasa buang-buang waktu," Gifty tidak menjawab. Kehabisan kata-kata. "Pulang sekolah nanti gue nggak nungguin lo ya."
"Gue nggak minta di tungguin."
Gemas mendengar jawaban polos Gifty membuat Vigo sejenak kehilangan akal untuk menjawab.
"Barangkali lo nyariin pas pulang nanti."
"Emangnya mau kemana?"
Vigo benar-benar tak dapat menahan senyuman di wajahnya. "Tuh kan, belom apa-apa udah ditanyain."
"Ya, bukan gitu maksudnya. Maksud gue tuh—"
"Ada hal yang harus gue urus. Ini tentang Tora," mendengar nama Tora disebut, suasana hangat berubah menjadi lebih dingin. Ada apa lagi dengan Tora?
"Papa udah tau siapa orang yang ngejebak gue dan alesannya," tanpa Gifty tanya, Vigo sudah lebih dulu menerangkan. "Yang jelas, bukan Tora orangnya."
"Kenapa lo harus kembali lagi berurusan sama Tora?" Nada suara Gifty menyiratkan kekhawatiran. "Kalo gitu gue ikut." Sontak keinginan Gifty di tolak mentah-mentah oleh Vigo.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRARANCANGAN HATI [Completed]
Teen FictionMencari Gifty itu mudah. Datangi saja ke kelasnya, toilet, perpustakaan, atau belakang sekolah. Atau temui saja di rumahnya. Mudah, kan? Mencari Vigo yang susah. Di sekolah susah. Di rumahnya apalagi. Jadi, kalau mau mencari Vigo, tanya saja pada Gi...