Belajar dari pengalaman sebelumnya. Gifty tidak ingin berharap apapun pada Vigo di sekolah. Gifty tidak berharap kalau obrolan semalam akan terjadi juga di sekolah. Jadi, pagi ini Gifty berangkat seperti biasa tanpa beban pikiran seperti waktu itu. Ternyata rasanya benar-benar melegakan. Benar kata orang, semakin dipikir semakin menambah beban, lebih baik lupakan saja.
Pelajaran pertama sudah dimulai, seluruh siswa-siswi masuk kedalam kelas, membuat suasana luar sekolah menjadi lengang. Sedari tadi Gifty duduk dikursinya dengan perasaan tidak nyaman. Nana yang sadar dengan kegelisahan Gifty disebelahnya akhirnya bertanya.
"Kenapa?"
Gifty menggigit bibirnya pelan. "Kayanya.. Gue dapet deh,"
Jadwal tamu bulanan Gifty sebenarnya sangat teratur. Biasanya dia juga membawa pembalut kedalam tasnya untuk berjaga-jaga kalau tamunya tiba-tiba datang. Sialnya, hari ini dia memutuskan memakai tas yang berbeda. Dan didalamnya tidak ada pembalut yang biasa ia selipkan disana.
"Coba gue liat rok lo," Nana ikut cemas di sebelah Gifty. Menuruti perintah Nana, Gifty memiringkan tubuhnya ke samping dan menarik rok belakangnya.
"Nembus?" tanya Gifty takut-takut.
Keduanya saling bertatapan. Nana meringis pelan dan mengangguk. "Duh, gimana nih? Nembusnya seberapa? Keliatan banget nggak, Na?"
"Hmm.. Gede banget sih nggak. Tapi, kan, sekarang kita lagi pake rok putih. Jadi.." Nana tidak meneruskan kalimatnya dan menggaruk kepalanya pelan.
Rasanya ingin membenturkan kepala keatas meja. Bodoh banget sih Gifty. Kenapa dia harus mendapat tamu bulanan seperti ini disaat dia tidak mempersiapkannya? Terlebih, kenapa tamu bulanannya datang disaat Gifty menggunakan rok putih? Pakai acara nimbus segala.
"Nana bawa pembalut, nggak?"
"Nggak," jawab Nana. "Udah ayo ke toilet, nanti gue ke kantin beli pembalut."
"Gimana ijinnya? Emang boleh berdua?" Gifty melirik kearah Bu Karsinah, guru yang sifat killernya sudah diketahui satu sekolah. Pasti tidak akan diizinkan kalau keluar berdua. Bu Karsinah akan mengira mereka berdua malas mendengarkan ocehannya dan memilih berjalan-jalan diluar.
"Yaudah, Nana duluan yang keluar beli pembalut, nanti Gifty nyusul."
"Tapi, gimana caranya nutupin tembusannya biar nggak diliat orang-orang?" Lemas rasanya kalau harus melirik roknya lagi. rok Gifty kini bagaikan bendera Jepang.
"Hei! Kalian berdua yang dipojok!" teguran keras Bu Karsinah membuat seisi kelas menoleh kearah mereka berdua. Sontak keduanya terdiam.
"Kalau tidak suka mengikuti kelas saya, silahkan keluar!" jangan harap hanya disuruh keluar saja. Siswa-siswi bandel yang lebih menyukai berada dikelas tentunya akan senang. Tetapi, kalau harus berada diluar kelas sambil menyapu halaman belakang atau membersihkan toilet, tidak aka nada yang mau.
"Ngg.. Itu, Bu," Nana memberanikan diri berbicara. "Gifty lagi nggak enak badan, Bu."
Bu Karsinah menatap tajam bergantian pada Nana dan Gifty. Lebih tajam lagi pada Gifty yang kini hanya menunduk. Takut melihat wajah Bu Karsinah yang sedang merengut. Tidak ada kalimat yang keluar dari bibir Bu Karsinah selama beberapa saat. Membuat jantung Nana dan Gifty berdetak tidak keruan. Bagaimana kalau Bu Karsinah menuduh mereka berbohong? Apa wajah Gifty sudah menunjukkan wajah tidak enak badan?
"Ya sudah, tolong antarkan ke UKS," ucapan Bu Karsinah hampir saja membuat mereka berdua menghembuskan napas lega keras-keras dan menyandarkan punggung ke sandaran kursi kalau ucapan lanjutannya tidak ada. "Setelah mengantar, cepat kembali ke kelas. Saya beri waktu maksimal 10 menit."
KAMU SEDANG MEMBACA
PRARANCANGAN HATI [Completed]
Teen FictionMencari Gifty itu mudah. Datangi saja ke kelasnya, toilet, perpustakaan, atau belakang sekolah. Atau temui saja di rumahnya. Mudah, kan? Mencari Vigo yang susah. Di sekolah susah. Di rumahnya apalagi. Jadi, kalau mau mencari Vigo, tanya saja pada Gi...