Sepanjang malam Gifty tidak fokus. Beberapa kali Juna dan Nana sampai harus menyentuh lengannya agar dirinya tersadar dari lamunan.
Vigo tahu kontaknya dan 15 menit lalu Vigo mengiriminya pesan.
Tak henti-hentinya Gifty memastikan kalau Vigo yang mengiriminya pesan adalah Vigo yang sama seperti yang ia kenal. Mau dipikir bagaimanapun juga. Satu-satunya orang yang Gifty kenal bernama Vigo ya .. Vigo itu.
Karena terlalu tenggelam dalam pikirannya dan bingung harus menjawab apa. Gifty memilih membiarkan pesan itu tak terbalas sampai keesokan harinya. Otaknya sudah mengatur dan berpikir sepanjang malam untuk menganggap kalau Vigo hanya salah kirim. Ya, salah kirim. Lagipula Vigo tidak mengirim pesan lagi dan protes kenapa pesannya tidak dibalas.
Jadi, pasti salah kirim.
Pasti.
"Chat gue kenapa nggak dibales?"
Gifty membalikkan tubuhnya. Punggungnya sontak bersandar pada loker yang baru saja ia tutup karena terkejut dengan suara yang mampir di gedang telinga. Buku paket yang baru saja ia ambil didalam loker ia letakkan tepat didepan tubuhnya bagian atas. Upaya alamiah yang ia lakukan sebagai bentuk perlindungan.
"K-kenapa sih lo selalu dateng tiba-tiba begini?" Ujar Gifty ragu.
Kedua mata Vigo mengamati reaksi spontan Gifty. Ia sampai harus menahan kedua sudut bibirnya agar tidak tertarik keatas. Vigo menundukkan kepalanya untuk menyeimbangkan wajahnya dengan Gifty. Sebelah tangannya bergerak keatas, bertopang pada loker di belakang Gifty.
"L-lo ngapain?" Hal pertama yang Gifty lakukan adalah mengedarkan pandangannya ke seisi lorong.
"Semuanya udah pada masuk kelas," tahu dengan apa yang dipikirkan Gifty. Suara Vigo lebih dulu menerka. "Nggak bakal ada yang liat."
Bel masuk memang sudah berbunyi beberapa detik lalu. Seperti sebuah kebiasaan, Gifty selalu lupa untuk mengambil buku paketnya sehingga jika sudah tiba didalam kelaspun, ia harus keluar lagi demi berjalan ke lokernya untuk mengambil buku paket.
Satu langkah ke samping kanan yang hendak Gifty ambil agar jarak wajahnya dengan Vigo sedikit menjauh harus gagal karena sebelah tangan Vigo yang tersisa bertopang lagi pada loker di belakangnya.
Kedua tangan itu sukses memenjara segala gerakan Gifty.
"Gue tanya, kenapa chat gue nggak dibales?" Suara Vigo terdengar rendah. "Jawab sekarang atau lo nggak bisa kemana-mana."
Gelagapan Gifty menjawab. Kata pertama yang ingin Gifty ucapakan rasanya sulit sekali di keluarkan.
"G-gue, gue .. Gue pikir lo salah kirim." Jawab Gifty.
Vigo menghela napas, meloloskan pandangannya sejenak dari kedua mata Gifty. Terdengar helaan napas saat mata Vigo kembali memandang Gifty.
"Gue nggak salah kirim,"
Gifty tidak menjawab. Bingung harus merespon apa. Kedua tangan Vigo yang memenjara gerakan tubuhnya dilepaskan begitu saja.
"Gue ngirim chat itu buat lo," tambahnya. "Siapa lagi disini yang punya nama selain Gifty?"
"G-gimana .. Gimana gue tau kalo itu buat gue," Gifty menghentikan sejenak kalimatnya untuk membasahi bawah bibirnya yang mengering. "Kalo lo aja nggak nyebut nama gue."
Reaksi tak terduga Vigo berikan. Ia tak kuasa lagi menahan sudut bibirnya untuk tidak tertarik keatas. Kedua tangannya ia selipkan pada saku celana dan menatap Gifty dengan pandangan yang Gifty tak mengerti. Membuat Gifty tidak nyaman dalam posisinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRARANCANGAN HATI [Completed]
Teen FictionMencari Gifty itu mudah. Datangi saja ke kelasnya, toilet, perpustakaan, atau belakang sekolah. Atau temui saja di rumahnya. Mudah, kan? Mencari Vigo yang susah. Di sekolah susah. Di rumahnya apalagi. Jadi, kalau mau mencari Vigo, tanya saja pada Gi...