4 - A very bad day

564 41 0
                                    




Belum pernah di sepanjang hidupnya, Ava harus berlari ke gerbang sekolah karena terlambat. Ini semua gara-gara Sinta yang juga terlambat datang untuk mendandaninya hari ini. Pada awalnya dia sudah siap untuk meluapkan kemarahannya kepada make up artist ini, tapi kemudian Sinta datang dengan full mask dan suaranya serak juga batuk-batuk. Jadi Ava diam saja meski Sinta menjelaskan macam-macam kenapa dia terlambat hari ini. Ava juga pernah merasakan bagaimana bekerja tidak mengenal dia sedang sehat atau tidak, bahagia atau tidak, the show must go on.

Di depan gerbang sudah ada segerombolan orang yang terlambat di hari itu. Ava mengumpat dalam hati, dia cewek sendiri dalam gerombolan itu. Ada sekitar 9 orang yang sedang berbaris di sana sebelum Ava, menunggu hukuman yang katanya akan diberikan oleh ketua OSIS.

"Oh, hellooow ada cewek telat, akhirnya," kata Nina, sekretaris OSIS sambil menghampiri Ava. Ia mengangkat sebelah alisnya begitu melihat Ava. "Ger, lihat sini, anak baru ternyata yang terlambat."

Cowok yang dipanggil oleh Nina ini mengalihkan perhatiannya dari segerombolan siswa berandal yang sudah langganan terlambat, ke arah Ava. Ketika Ava akhirnya melirik ke Ketua OSIS yang bernama Gerry ini dan mata mereka bertemu, dia melengos. Ternyata ini cowok yang diperbincangkan oleh Nina dan temannya di toilet kemarin. Tipikal cowok ganteng populer yang membosankan buatnya.

Gerry menyipitkan matanya sambil mendekati Ava. Ava segera melihat ke arah lain karena meski dandanannya berubah, ia masih takut identitasnya ketahuan. Muka Gerry pun mendekat ke wajah Ava hingga Ava pun menghindar dengan jengah. Ngapain sih cowok ini? tanya Ava dalam hati.

"Did you just sigh on me?" tanya Gerry.

Crazy man, pikir Ava.

"Siapa nama lo?" tanya Gerry lagi.

"Namanya L...," Nina mencoba menjawab.

"Tera," sela Ava. Dia tidak suka orang-orang menyebut nama panjangnya. Lavatera. Dia merasa terlalu diekspos jika nama panjangnya disebut.

"So, Tera... Apa ini hari pertama lo terlambat?" tanya Gerry sambil menegakkan badannya. Ava mengangguk, tetap menunduk. Telunjuk Gerry mengangkat wajah Ava ke hadapannya. "Jawabnya sambil ke arah gue dong," lanjutnya sambil mendekat lagi ke wajah Ava.

Ava langsung menepis tangan Gerry. How dare him?! Dia paling tidak suka komunikasi tatap mata dengan orang asing, apalagi kontak fisik seperti ini.

"Jawab dong kalau ditanya Ketua OSIS!" seru Nina, kesal karena Gerry menaruh perhatian khusus kepada si anak baru ini.

Saat Ava ingin menjawab, ada suara tertawa dari salah satu gerombolan yang terlambat di sebelah Ava. Pertama pelan namun lama-lama tawanya semakin kencang. Saat menoleh, Ava menyadari bahwa cowok ini adalah yang ia temui kemarin di ruang musik. Si Mckee wannabe.

"Ngapain lo ketawa-ketawa?" tanya Nina kesal.

"Ini... konyol banget..." jawab si cowok gondrong di sela-sela tawanya. "Kalian OSIS nggak ada kerjaan ya? Nggak ada festival yang perlu diadakan? Nggak perlu nyari donatur? Nggak perlu belajar? Setiap hari cari orang-orang yang terlambat untuk bahan bully. Nanya nggak penting, kalau nggak dijawab—karena terlalu nggak penting—malah marah-marah. Such a pathetic!" lanjutnya.

Exactly, pikir Ava.

Gerry meninggalkan Ava dan dengan muka dinginnya ia menghampiri Bima yang masih tersenyum sinis.

"Dan kalian para siswa yang udah bertahun-tahun di sini, tahu kalau masuk jam 7.30 pagi tapi masih aja terlambat? Bolos di jam pelajaran? Disiplinin diri sendiri aja belum bisa nggak usah sok idealis!" balas Gerry. "Kalian para cowok yang udah telat ketiga kalinya, silahkan bersih-bersih kamar mandi sepulang sekolah." Gerry memberi hukuman. "Karena Bima nyolot, sebelum masuk kelas kalian semua keliling lapangan dulu 3x baru boleh masuk kelas," lanjutnya sambil masuk ke gerbang.

Lavatera [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang