Sinta menggerutu ketika dia baru sampai di rumah sakit. Semalam dia sudah bersyukur ketika Kania, yang menyewa jasanya untuk Ava, mengirimkan pesan bahwa Ava tidak perlu make up pagi ini. Tidak peduli Ava sedang tidak enak badan atau di rumah sakit, yang dilihatnya hanyalah kata "libur", karena dia pun sedang memulihkan dirinya sendiri yang sedang flu berat. Ini semua gara-gara begitu banyak acara sosial yang harus dia datangi sebagai Youtubers kondang.
Tapi bukan Ava namanya jika tidak membuat hidupnya menderita. Tiba-tiba saja Kania mengiriminya begitu banyak pesan memintanya segera ke rumah sakit untuk mendadani Ava. Bahkan ia mengatakan bahwa akan menggandakan ongkosnya jika Sinta ke rumah sakit dalam kurang dari satu jam—yang tentu saja Sinta tolak tawarannya karena dia merasa itu terlalu berlebihan. Tanpa dia harus diberi double salary, dia akan selalu bertanggung jawab atas pekerjaannya.
Sinta turun dari motor supir ojek aplikasi dan terkejut melihat begitu banyak wartawan di lobby rumah sakit. Kania memang telah memberitahunya tentang hal ini, namun Sinta terkadang menolak percaya bahwa customer-nya kali ini adalah orang yang begitu berpengaruh di dunia entertainment. Karena meski Ava sangat kejam, dia tidak pernah menyombong tentang bagaimana dia kenal artis-artis terkenal, seperti customer lainnya yang pernah ia tangani.
Beda ya kalau kondangnya internasional. Apalah dia ini kalau dibandingkan si Ava yang sudah melalangbuana ke seluruh dunia, begitu pikir Sinta.
Sinta menutup kepalanya dengan topi jumper-nya dan cepat-cepat menuju ruangan VVIP, takut siapa tahu dia bertemu dengan wartawan kenalannya. Ia juga ingin cepat-cepat menyelesaikan tugasnya dan istirahat di rumah.
***
Tidak pernah terpikirkan bahwa Si Devil Ava bisa benar-benar sakit. Meski ia selalu melamun ketika didandani, Sinta merasa kali ini wajah Ava terlihat terlalu lelah dan tidak fokus.
Sinta melirik ke Kania yang super stylish dengan blazer Armani terbaru, sedang mengetik cepat di ponselnya. Dibayar berapa ini orang buat nungguin orang sakit? Sinta tidak bisa memikirkan bagaimana kayanya Ava. Padahal jika dilihat dari penampilan Ava sehari-hari, dia hanya mengenakan Zara atau baju H&M yang nyaman. Meski tidak jarang juga Sinta melihat kotak-kotak hadiah dari para desainer papan atas Indonesia nongkrong di kamar Ava, tidak tersentuh. Sampai Sinta kadang geregetan ingin mencobanya.
"Ava, kakak kamu harus langsung berangkat ke kantor, jadi setelah Sinta selesai kita langsung ke rumah," ujar Kania.
Ava hanya melirik Kania tanpa berkata apa-apa dan menunduk.
Ava punya kakak? Gue nggak pernah dengar Ava punya kakak. Tapi dipikir-pikir lagi, gue nggak pernah membaca tentang keluarganya di berita manapun, pikir Sinta, penasaran.
Selesai mengepang Ava, Sinta menarik dagu Ava ke hadapannya untuk make up. Ia agak terkejut ketika melihat mata Ava yang sembap. Dia baru nangis?
Melihat wajah sendu Ava, perasaan kemanusiaan Sinta mulai terpanggil. Jika Sinta masuk rumah sakit, sepertinya orang serumah hingga tetangganya akan ikut menjenguk. Sementara kini Ava hanya memiliki asisten yang lebih tertarik pada ponselnya daripada bosnya.
"Lo sakit apa emang, Va?" Sinta mencoba gencatan senjata. Dengan pelan ia memakaikan pondation ke wajah Ava yang super halus.
Ava masih terdiam. Kania melirik kepada mereka. Seakan ingin tahu bagaimana reaksi Ava.
Mungkin dia lagi capek buat ngomong 'Sakit perut'? Atau dia nggak kedengaran?
Sinta berdeham, kali ini ingin mencoba bertanya dengan suara yang lebih kencang.
"Sakit perut yah?" tanya Sinta lagi.
"Berisik. Gue lagi ingat-ingat sesuatu," jawab Ava singkat.
Kania menahan tawanya namun tetap menjaga raut mukanya, sehingga menurut Sinta ia kelihatan konyol.
Sekonyol idenya untuk baikan dengan setan ini.
Terserah lo dah!
***
![](https://img.wattpad.com/cover/124119485-288-k632995.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lavatera [completed]
Teen FictionKehidupan Lavatera tidak pernah sama dengan remaja lainnya. Meski ia cantik luar biasa, emosi dan karakternya yang kompleks tidak pernah cocok untuk berteman, menjadi pemimpin grup, ataupun menjadi pacar seseorang. Tekadnya untuk hidup sendiri seum...