Menjadi selebriti tidak semudah yang dipikir oleh remaja kebanyakan. Aktivitasnya di hari libur mulai pukul 4 pagi saat ia dan grupnya dituntut untuk menjaga kebugaran mereka dengan berolahraga pagi. Setelah sarapan hanya dengan buah atau salad, mereka harus mulai latihan dance dengan para trainer, lalu makan siang dengan menu yang telah melalui filter dari pakar gizi terbaik, dan jika tidak ada schedule acara—yang jarang sekali terjadi, mereka akan fokus ke latihan vokal, rekaman, dan sederet meeting lainnya. Meski baru saja istirahat dini hari setelah itu, mereka tetap harus bangun pagi serta melewati sederet rutinitas itu lagi keesokan harinya.
Jadi tidak heran jika mata Ava yang tertutup lensa tebal itu tidak berhenti melotot ketika melihat dekorasi meriah sekolah mereka dengan tema "Fairytale". Daun-daun buatan raksasa menghiasi berbagai sudut lapangan, pohon-pohon besar di sekeliling sekolah juga dihias dengan lampu-lampu kecil cantik, dan yang paling terlihat mencolok adalah tenda super besar yang berbentuk seperti kastel dibangun di tengah-tengah lapangan. Di sanalah tempat panggung mereka malam ini.
Tiba-tiba kenyataan itu seakan menonjok ulu hatinya, tangan Ava terasa dingin menyadari hal itu: ia akan menjadi pusat perhatian berpuluh-puluh orang ini di serial drama konyol sekolahan. Bagaimana jika identitasnya ketahuan dan semua orang menghujatnya?
Sebuah tangan mengacak lembut rambut Ava. Terkaget, Ava menoleh orang yang sudah kurang ajar melakukan gestur sok akrab itu kepadanya.
"You will be fine," ujar cowok itu sok cool, dan ia pun sibuk kembali dengan walkie talkie dan rundown yang dibawanya. Ia menggunakan baju hijau aneh dengan rambut yang terlihat seperti di-perm.
Dih? DASAR ANEH.
Ava merasa sudah semestinya ia memperjelas kembali kepada Gerry bahwa pertunangan itu tidak akan terjadi, jadi dia harus tahu diri untuk tidak melakukan gestur seakan mereka dekat. Ia bahkan tidak ingat bahwa mereka berteman sejak kecil! Jika Ava tidak bisa mengingatnya, berarti Gerry tidak begitu penting di hidupnya.
"Lo kenal Gerry di mana?" suara tiba-tiba Bima cukup mengagetkan Ava yang sedaritadi bengong.
"Eh?"
"Itu tadi gue lihat dari jauh, dia ngapain rambut lo, lo kenal deket emangnya?" tanyanya lagi, dengan nada aneh, namun setidaknya kini dia kembali dengan "elo-gue".
Sejujurnya, Ava tidak mempermasalahkan bagaimana menjawab Bima, Ava hanya bingung bagaimana harus bereaksi kepadanya setelah Bima menyaksikan sepenggal kisah drama memalukan miliknya. Ava masih tidak habis pikir kenapa dia tidak bisa menahan diri saat itu.
"Hm.. Bim, gue mau ngomong deh," Ava mencoba menghadapi rasa malunya.
"Ngomong aja, lo emang ada hubungan ama Gerry?"
"Bukan itu! Ng... Kemarin itu.. Lo bisa ga lupain aja?"
"Eh?" gumam Bima tidak mengerti.
"Tolong lupain semua kelakuan dan omongan gue kemarin. Bisa?"
Bima terdiam dan menatap Ava.
"Nggak. Kemarin itu salah satu hari paling memorable yang bikin aku jadi bisa tahu banyak tentang kamu."Oh my God... Aku-kamu lagi dooong...
"Kemarin ada apa? Kalian jadian? Cieee selamat yaaa Tera, jadi anak baru udah dapet cowok aja..." goda Nina yang harus diakui hari ini tampak begitu cantik dan innocent dengan dress simpel birunya. Berjalan di belakangnya, Stella menatapnya dengan dingin, dan seolah mendukung opininya, hari ini Stella berdandan ala Elsa dari Frozen. Mungkin ia mencoba into the character yang sedang ia peragakan hari ini, pikir Ava.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lavatera [completed]
Teen FictionKehidupan Lavatera tidak pernah sama dengan remaja lainnya. Meski ia cantik luar biasa, emosi dan karakternya yang kompleks tidak pernah cocok untuk berteman, menjadi pemimpin grup, ataupun menjadi pacar seseorang. Tekadnya untuk hidup sendiri seum...