"Kau sangat cantik malam ini," ujar Bima sambil menatap kacamata tebal Tera. Bima tahu Tera berusaha untuk tidak memutar bola matanya saat ini. Bola mata yang sempat dilihatnya sepersekian detik saat mereka bertemu pertama kalinya. Entah mengapa, semenjak itu Bima tidak pernah berhenti memikirkannya.
"Kau juga, Romeo," ucap Tera dengan malas, tanpa ekspresi dan tanpa intonasi.
"CUT! Tera! Seharusnya kamu bilang 'Kau juga tampak tampan, Romeo.' Memangnya Romeo cantik juga? Ulang!" Pak Edi tampak serius ketika latihan seperti ini.
Tera menghembuskan napas panjang. Bima tersenyum. Ia tidak pernah menyangka keikutsertaannya di klub teater yang awalnya membosankan menjadi begitu menarik karena gadis unik ini.
***
Rintik hujan masih terdengar saat langit semakin gelap. Bima selalu menyukai suara hujan seperti ini, menurutnya rintikan hujan juga memiliki melodi yang indah dan bervariasi, tergantung dengan ketukannya. Kadang langit memainkan melodi yang sedih, kadang romantis, atau juga marah. Melodi hari ini seperti menunjukkan bahwa langit sedang sedih.
It's ok, Rain. I'll wait. Take your time.. pikir Bima sambil tertawa kecil, mulai menganggap dirinya sendiri gila dengan berpikiran seperti itu.
Ketika ingin menikmati melodi hujan hari ini sambil memainkan ukelelenya, Bima melihat Tera duduk di tangga sekolah, tampak sedang menunggu hujan reda setelah ekstrakurikuler teater mereka.
Selama ini Tera selalu ingin menghindar jika ada orang yang ingin masuk ke dalam lingkaran bubble-nya. Namun semenjak tadi siang saat mendengar ia bersenandung pelan mengikuti fingerstyle-nya, Bima mengetahui jurus jitu untuk memecahkan bubble itu: musik.
Bima sedikit memainkan ukelelenya dan dengan perlahan duduk di tangga bersama Tera. Benar saja, Tera hanya terdiam dan tidak berpindah tempat. That's a good start.
Kemudian Bima mencoba untuk mencuri pandang dari samping, siapa tahu bisa melihat sepasang mata itu lagi. Namun nihil. Diam-diam Bima memperhatikan bahwa Tera sedang memandang rintikan hujan yang masih agak deras dengan tatapan kosong. Mungkinkah ia juga bisa mendengar melodi hujan?
Tebakan Bima, gadis berkacamata ini juga pecinta musik, sama seperti dirinya. Dan mengingat Tera pernah menikmati fingerstyle yang cukup rumit saat pertama bertemu itu, sepertinya pemahaman musiknya cukup luas. Kira-kira seperti apa ya selera musiknya?
Bima mulai mendentingkan ukelelenya dan menyenandungkan lagu klasik Bill Withers "Ain't No Sunshine" yang menurutnya agak cocok dengan melodi rintikan hujan saat ini. Dari ekor matanya, Tera tampak menikmatinya. Meski pelan, Bima dapat menangkap tempo ketukan yang tepat dari cara Tera mengetukkan sepatunya ke lantai.
Not bad, girl.
"Anytime she goes away.." Bima bernyanyi mengakhiri lagunya.
Tera masih terdiam, matanya juga masih melihat ke lapangan kosong dengan beberapa genangan air di sekitarnya. Hujan sudah agak reda, namun rintikan itu masih ada. Bima merasakan langit mulai melantunkan melodi hujan yang romantis. Bima tersenyum, memulai lagi petikan ukelelenya dan memainkan intro lagu favoritnya.
Mendengarnya, kali ini Tera menoleh ke arah ukelele milik Bima, lalu sepintas melirik ke Bima.
I think she loves it too, pikir Bima tak dapat menyembunyikan senyumnya yang mengembang. Sudah lama ia tak pernah membagi passion musiknya dengan seseorang selain keluarganya.
"Blackbird singing in the dead of night..." Bima terkejut mendengar suara begitu merdu datang dari mulut mungil milik Tera.
Tampak sama terkejutnya, Tera menghentikan nyanyiannya dan tersadar bahwa ia baru saja meletuskan bubble di antara mereka lewat lagu Blackbird milik The Beatles.
"Kayaknya udah reda, gue duluan ya," Tera tampak tergesa-gesa meninggalkan Bima yang masih menganga terkejut, dengan jari masih terdiam beku di antara ukelelenya.
Saat ini Bima merasakan hal aneh yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya: detakan jantung yang berdebar kencang. Bukan karena musik seperti yang sering ia alami, tapi karena seorang gadis. Bubble di sekitar gadis itu meletus, meninggalkan percikannya tepat ke tempat yang tidak pernah ia sangka ada di hatinya.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Lavatera [completed]
Novela JuvenilKehidupan Lavatera tidak pernah sama dengan remaja lainnya. Meski ia cantik luar biasa, emosi dan karakternya yang kompleks tidak pernah cocok untuk berteman, menjadi pemimpin grup, ataupun menjadi pacar seseorang. Tekadnya untuk hidup sendiri seum...