25

1.1K 56 0
                                    

Dya menghela nafas malas saat melihat beberapa motor terpakir di garasinya, dan sepatu sepatu di depan pintu rumah yang tak tertata.

Saat tangannya ingin membuka pintu rumah, suara mesin motor menghentikan gerakannya. Dia mengernyit saat melihat adik kaka itu sudah terlihat akur lagi.

Yang datang Evan dan Varo

Dya membuka pagar lalu bersedekap dada "ngapain?"

Varo tersenyum "eh kaka cantik!"

"Kita mau ketemu Bian lah, masa kaka cantik. Geer deh"ucap Varo

Evan terkekeh

"Yaudah masuk"ucap Dya

Evan dan Varo duduk di bangku yang letaknya di dekat pintu masuk ke dalam rumah-

"Telpon sendiri aja Biannya"suruh Dya

Dua cowo itu melongo

Masa harus nelpon sih, palingan juga dari garasi sampe kamar Bian tidak sampai ratusan langkah.

"Kok?"

Dya hanya diam

"Yaudah tungguin dulu lah"ucap Evan

Dya menggeleng "kalian bukan tamu gue tapi tamu Bian, jadi gue gak urus. Minta minuman sama Bian aja"

Dya langsung melenggang masuk

Evan dan Varo bertatapan dengan wajah kaget

Sopan sekali gadis itu dengan tamu. Tapi sebenarnya Dya tidak begitu, yah karna ada sangkut pautnya sama adiknya itu yang bikin dia malas.

Dia mengeram kesal mendengar suara berisik dari kamar adiknya, sudah pasti dia tidak akan bisa tidur siang.

***

Dya menghela nafas berat dengan tangan yang menopang dagu, akhir akhir ini pacarnya selalu sibuk, sering hilang hilangan. Tapi dia emang lagi enggak mau berantem, jadi yaudahlah biarkan saja.

"Dya"

Dya mendongak dan mengernyitkan dahinya melihat kaka beradik itu yang sekarang sudah duduk berhadapan dengannya-

"Bisa bicara gak?"tanya Evan

"Itu udah bicara"jawab Dya malas

"Dulu Bian pernah cerita, dia punya kaka-"

Dya tersenyum sinis "Bian itu siapa?"

Setelah itu dia beranjak dari mejanya lalu melenggang pergi begitu saja, sahabatnya sedang keluar daritadi jadi dia sendirian.

Dya berjalan ke halaman belakang namun langkahnya terhenti saat melihat sahabat sahabat pacarnya dan pacarnya berada beberapa meter darinya.

Dia diam tak berjalan maju ataupun mundur

Terlihat Kareef sedang mencengkram kerah seragam Renzya lalu memberikannya sebuah bogeman dan setelah itu terjadilah perkelahian. Sedangkan Verrel dan Zahram berusaha untuk memisahkan.

Dya tidak tahu kenapa mereka bisa saling adu jotos begitu, dia juga penasaran, tapi dia tidak mau mendekat.

Dya memang tidak dapat mendengar percakapan dua insan tersebut, yang pasti Renzya dan Kareef sama sama terlihat emosi.

Dya melenggang pergi tak mau peduli kali ini saja, dia sedang ingin merasakan kedamaian sebentar.

Tak jarang selama di koridor banyak sapaan yang ia dapatkan yang dibalas dengan senyuman kecil miliknya, dia tidak marah ataupun berteriak saat beberapa orang mencoba mengusilinya. Sudah dibilangkan bahwa dia sedang ingin damai sebentar saja.

"Dya!"

Tapi sepertinya tidak akan

"Gini ya tuan putri Dya yang terhormat, lu boleh galau tapi inget dong nanti kan mau ada presentasi kelompok. Lu udah siap kan?"

Dya mengerutkan dahi bingung, hingga-

"GUE LUPA SUMPAH!"

Evan mendengus "galau mulu sih, lo udah bilang loh kalau lo yang buat pembahasannya, nanti gue yang ngomong, Ken yang narator, Sasha yang jawab"

"Terus gimana dong?!"tanya Dya

"Ke perpus!"teriak Dya

Dya langsung berlari ke perpustakaan diikuti Evan, mereka meminjam beberapa buku sejarah untuk dirangkum.

"Terus ketik dimana?"tanya Dya dengan tangan yang masih menulis di kertas folio

"TU, nanti sekalian minta di print"jawab Evan

"TU cuman bolehin kita numpang ngeprint dan itu juga pake flashdish"ucap Dya kesal

"Warnet!"

Setelah mengembalikan buku ke tempatnya semula, mereka langsung berlari keluar. Masalahnya pelajaran sejarah akan dimulai sebentar lagi.

Evan menarik tangan Dya agar berlari lebih cepat membuat gadis itu beberapa kali hampir terjatuh karna harus bisa mengimbangi larinya sang kapten basket.

"Evan ini bukan basket, lari jangan kenceng kenceng!"teriak Dya

Evan tak peduli

Evan mengambil motornya lalu menyuruh gadis itu untuk segara naik, dan langsung melajukan motornya ke warnet yang tak dekat jaraknya kalau dari sekolanya.

Dya merutuki Evan yang membawa motor dengan kecepatan tinggi, dan menyalip nyalip.

"Evan cepetan ngetiknya!"suruh Dya

"Sabar dong, ini lo ngerangkum banyak banget!"balas Evan

"Ya emang banyak"ucap Dya

"Yaudah kalo udah tau, diem"ucap Evan

Kalau saja keadaanya tidak genting, sudah dipastikan mereka akan berdebat

Dya langsung membayar dan mengambil kertas yang sudah di print

"Bawa motornya yang bener!"ucap Dya

Evan menghela nafas "terus nanti kita gak presentasi?"

"Awas lo ya, kalau aja gak genting udah gue tabok lo!"ucap Dya kesal

Evan langsung menancap gas membuat gadis yang digoncengi sudah siap dengan sumpah serapahnya.




No to ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang