Perempuan dengan baju atasan sabrina dan celana kulot selutut itu memandangi ombak yang saling mengejar, dan hamparan pasir yang putih, sambil menikmati semilir angin yang menerpanya.
Sebuah senyumin terukir di wajahnya saat mendapatkan sebuah ketenangan, apalagi kini secara perlahan matahari mulai tenggelam membuat langit menjadi ke orange-orangean.
Dia mendengus saat rambutnya ditarik "Evan!"
Evan tertawa lalu merangkul bahu pacarnya itu, mungkin sudah bisa di bilang calon istri.
Karna pernikahan yang akan diadakan dengan hitungan jari lagi, mereka memilih untuk cuti dulu dari pekerjaannya masing masing.
Mereka terdiam sambil menikmati pemandangan indah di depannya-
"Dy, masa aku main games gitu ngukur keromantisan. Aku dapet depalan puluh persen dong"ucap Evan bangga
Dya memutar bola matanya "haha pengen ketawa dengernya"
"Ngelamar aja kaya gitu"dengus Dya
"Lagian kamu"ucap Evan terkekeh
Dya mengingat kembali saat itu-
Dya terus memberengut dan mengomel saat laki laki disebelahnya dengan tiba tiba menggendongnya ke mobil dan mengajaknya pergi, padahal dia masih mengenakan baju tidur, ya karna memang dia berniat mau tidur.
Rambutnya berantakan, wajahnya menunjukkan rasa lelah
"Ngapain sih?!"tanya Dya kesal
Evan hanya senyum senyum sendiri lalu menuruh pacarnya untuk masuk ke dalam rumah-
"Macem macem, gue tabok!"ancam Dya
Dya mengernyit melihat rumah Evan, maksudnya rumah kedua orang tua pacarnya terlihat sepi, bahkan hanya ada lampu di ruang makan yang nyala. Dan Varo yang biasanya suka rame, kini tidak terdengar suaranya pun.
"Nyalaan napa sih lampunya"suruh Dya
Dya duduk di meja makan dan mendengus saat pacarnya malah pergi ke dapur, balik balik Evan membawa makanan di tangannya lalu di letakkan ke atas meja.
Evan tersenyum "makan, semuanya bikinan aku sendiri"
Gak jelas banget, gadis itu sampai mendumel
Uhuk
Dya langsung menegak segelas air putih "asin banget, mau kawin lo ya?!"
Evan menelan ludahnya padahal dia berharap makanan buatannya itu akan terasa enak, dan perlahan dia mengangguk seraya mengeluarkan sesuatu dari kantung celananya "iya, gue mau nikah"
"Mau jadi teman hidup gue enggak?"
Dya terdiam, antara malu, senang, dan kesal bercampur aduk.
"Lo jangan bercanda!gak lucu!"sentak Dya
"Gue serius"
Dya menggelengkan kepala pelan mengingatnya
Padahal sebenarnya waktu itu Evan berencana melamarnya secara romantis, namun mereka makan dulu. Tapi karna Dya sudah menyeletuk begitu yasudah deh.
"Kemaren Varo pengen nonjok Renzya saat tau aku ketemuan sama dia pas dia jemput aku"ucap Dya
"Renzya ngajakin aku balikan, meminta kesempatan"ucap Dya
"Oh ya?"tanya Evan
Dya mengangguk, dia mendesah kecewa saat Evan tak berkata apa apa.
Dia jadi merasa apakah Evan sama sekali tidak merasakan cemburu?kata orang cemburu itu tanda sayang.
"Aku enggak pernah takut kamu jatuh di pelukan orang lain, yang aku takut kamu nyaman sama pelukan itu dan memlih untuk tidak pernah melepaskannya. Karna tidak semua pelukan itu membuatmu nyaman"ucap Evan
Dya menoleh dan ternyata cowo itu juga sedang menatapnya dengan sedikit menunduk, membuat mereka saling menatap dan jarak yang tinggal beberapa centi lagi.
Namun setelah itu Dya mengusap wajah Evan dan berlari menjauh ke pantai "sok puitis banget sih"
"Kan rusak suasana tuh kamu!"gerutu Evan
Dya tertawa
Dia senang, dia bahagia, dan dia tidak menyesali hubungannya harus kandas dengan seseorang yang baru ia temui kemarin.
Dia juga berterima kasih sama Varo, karna orang itu yang terus memaksa Evan untuk menyatakan perasaannya. Makanya waktu itu dia pernah melihat Evan dan Varo mengobrol di koridor, ternyata mengobrol tentang dirinya.
Awalnya Varo memang sudah ingin berteman dengan Dya tapi saat mengetahui bahwa gadis itu adalah gadis yang ditaksir kakanya membuat dia ingin jadi salah satu penjaga Dya. Apalagi Evan pernah bilang, kalau dia harus menjaga gadis itu disaat Evan tidak ada.
Evan takut Dya menyadari perasaannya
Iya, Evan sepengecut itu
Namun itu juga yang membuat Dya jatuh cinta
"Ayo kejar aku, nanti aku kasih tau kamu sesuatu!"teriak Dya
Evan langsung mengejar calon istrinya itu, menangkap dari belakang dan memutarnya hingga Dya memekik sambil tertawa.
"Udah!"teriak Dya
Evan menghentikan gerakannya "yuk, pulang"
"Galucu kalau calon pengantinnya masuk angin"ucap Evan terkekeh
Dya memberengut lalu langsung loncat ke punggung calon suaminya, untunglah Evan siap jadi mereka tidak terjatuh dan terus berjalan.
"Evan"panggil Dya
"Nyatanya aku nyaman di pelukan kamu, sampai akhirnya aku gak mau ngelepasin kamu"
"Kamu pengecut memang, tapi sayang hati aku mlihnya sana kamu"
Evan tersenyum, perjuangannya kini terbalas. Kesabarannya kini terbalas dengan sesuatu yang indah.
KAMU SEDANG MEMBACA
No to Chance
Teen FictionRenandya Afahranda Dirga, cewe tergalak yang pernah ada Renzya Thomas Willyam, cowo paling susah diatur Mereka sepasang kekasih. Anak anak lain menyebut mereka pasangan dengan sembilan nyawa- Kenapa begitu? Penasaran dengan cerita mereka? Yuk dibaca...