6

1.8K 85 0
                                    

Dya duduk di pinggir lapangan sambil melihat anak laki kelasnya yang sedang bermain basket. Dia mendengus melihat Evan yang sedang menrdibble bola  dengan lincah, memang sudah tidak bisa diragukan lagi karna Evan adalah kapten eskul basket.

"Ngapain lo liatin gue?!kerenkan gue?!"teriak Evan

Dya bangkit dari duduknya "mimpi lo ketinggian!"

Lalu dia berjalan pergi, kebetulan hari ini ketiga sahabatnya ada keperluan di eskulnya masing masing jadi dia kemana mana sendirian deh.

Bugh!

"WOI!"teriak Dya seraya memegang kepalanya yang terkena bola basket dengan kencang

"Hahaha, mampus!"teriak Evan

Dya tak peduli, yang ia peduli sekarang hanyalah kepalanya yang sangat pusing dan pandangannya yang memburam, badannya oleng seketika

Hingga badannya dipapah oleh seseorang dan duduk di pinggir lapangan

"Serius itu kenceng banget ya?"tanya Evan hati hati

"Gak punya otak lo!"bentak Dya yang sedang memijit pelipisnya

"Maaf maaf, gue kira gak kenceng"ucap Evan

Dya hanya diam

"Yaudah gue anter ke UKS"ucap Evan

***

Dya melangkahkan kakinya santai di koridor, namun matanya memincing saat mendengar krasak krusuk di kelas 11C-IPS. Kelas Renzya, tapi setahunya kelas itu sedang di lapangan untuk olahraga semua.

Dya mengintip ke kelas itu, dia melotot kesal melihat apa yang terjadi disana, Dya menyenderkan badannya ke ambang pintu-

"Ekhem"

Tiga perempuan disana menoleh dengan wajah terkejut dan panik

"Sorry nih guys udah ganggu kegiatan kalian tapi gue sebagai pacar gak terima sih ngeliat lo pada kaya gitu"ucap Dya

"Gue juga bingung sih, kok kalian bisa selancang ini ya?buka buka tas pacar gue dengan gampangnya"tambah Dya

Tiga perempuan yang berstatus adik kelas Dya itu gemetar takut

"Kok bisa lolos ya dari koridor kelas sebelas?apa gue perlu panggilin ya anak kelas sebelas kesini dan ngasih tau kelakuan lo yang pada menjijikan begini"ucap Dya

Karna memang setiap adik kelas kalau mau pergi ke area kakak kelasnya pasti dikoridornya bakal ditanyain dulu. Misalnya kelas sepuluh mau ke kelas sebelas pasti dia bakal ditanyain semacam introgasi dulu di koridor kelas sebelas sama anak anak kelas sebelas disana yang emang suka introgasi, begitu juga kalau kelas sepuluh mau ke kelas dua belas dan kelas sebelas mau ke dua belas. Intinya yang paling aman itu ya anak kelas dua belas yang bisa kemanapun tanpa diintrogasi.

"Maaf ka"cicit yang pakai sweater merah muda menunduk

"Lo pernah bayangin gak si tas pacar lo dilancangin sama orang dan itu cewe, apa yang bakal lo lakuin?"tanya Dya

Dya melangkahkan kaki masuk-

Brak!

"Lo pikir gue bakal fine fine aja?!haha enggak lah!kalau misalnya gue gatau kejadian ini, apa yang bakal lo lakuin setelah ini, hah?!masukiin barang yang lo beli ditambah surat surat cinta?!terus ngeliatin tulisan pacar gue?atau meluk meluk tas pacar gue?!atau lebih?!"bentak Dya yang semakin mendekat ke arah tiga adik kelasnya itu

"Kalau gue liat kalian lagi kaya gini gue gak segan buat aduin kelakuan kalian yang lancang!dan mulai sekarang muka kalian gue inget!"ucap Dya yang sudah duduk diatas meja Renzya

"I-iya ka maaf"

Tiga adik kelas itu langsung pergi. Sedangkan Dya langsung mengecek kondisi tas Renzya yang ternyata masih baik baik saja, tidak ada makanan ataupun barang dari penggemar rahasia yang disertai surat cinta.

Dia melangkahkan kaki pergi dari kelas itu tak sengaja dia melihat dua perempuan sedang berjalan yang berlawanan arah dengannya

"Hei Dya!"sapa mereka

"Hai"balas Dya

"Kalian kelolosan tiga orang"ucap Dya

Seolah mengerti apa yang dimaksud, dua gadis itu membelalak kaget "what?!"

Dya mengangguk

"Nanti kita bilangin ke tiga kucrut, tadi kita abis kamar mandi"ucap gadis yang bernama Alsya

"Thanks infonya"tambah gadis satunya lagi yang bernama Lisa

Dya mengangguk dan melenggang pergi

Jadi yang biasa menjaga koridor kelas sebelas itu ada Alsya, Lisa, Brian, Erlan, Dan Rinan. Mereka bukan tukang bully kok, mereka cuman jagain doang agar adik kelasnya itu sopan dan tidak sembarang datang seperti tiga adik kelas yang terciduk oleh Dya tadi. Lagipula di sekolahnya tidak ada yang namanya bullying.

Dya sendiri dia bukan yang menjaga koridor atau apapun itu, cuman dia memang lumayan dekat dengan lima orang dan juga siapapun yang memergoki adik kelas yang tak sopan di koridornya boleh mengadu kok. Gak harus kenal dekat dulu.

Dulu Dya pernah ikutan jaga koridor cuman karna dia udah mulai sibuk apalagi jabatannya sebagai ketua dance jadi dia gak ikuttan lagi deh. Jaga koridor itu enak loh.








No to ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang