32

1.1K 62 0
                                    

Dya turun dari kamarnya dan duduk di meja makan yang hanya terisi oleh dirinya sendiri. Dia mengambil roti dan dia olesi selai serikaya.

Kebetulan dia sudah siap lebih pagi dari biasanya jadi dia bisa bersantai santai dulu menikmati roti dan segelas susu. Matanya memejam cepat saat mendengar dua suara berbeda yang saling bersahut sahuttan, yang satu terdengar kuat dan penuh amarah, sedangkan yang satu terdengar bergetar dan lirih.

"Ka"

Dya menyumpalkan earphone ke telinganya dan menyalakan musik dengan volume paling besar, dia melangkah pergi namun sebelum itu dia berucap dengan posisi yang membelakangi adiknya-

"Gue bisa liat jelas perbedaan binar papah saat sama lo, dan binar papah saat sama gue. Jelas berbeda, jauh berbeda"ucapnya

Dya berdiri di pingir koridor kelas 12, mataya menatap lapangan di bawah. Tatapannya terpaku pada satu orang.

Seorang siswa dengan baju seragamnya yang tidak dimasukkan ke celana, tidak memakai atribut, dan keringat yang terus menetes di wajahnya.

Siswa itu Renzya, dia sedang bermain bola dengan teman temannya

Dya tersenyum simpul, mungkin saat saat break ini mereka harus intropeksi diri dan juga menghabiskan waktu sebanyak mungkin dengan sahabat atau juga teman. Bisa juga menghabiskan waktu dengan malakukan hal yang disuka, karena nanti saat hubungannya sudah membaik belum tentu mereka bisa meluangkan waktu.

Ingin rasanya Dya turun ke bawah, duduk di pinggir lapangan menyemangati cowo itu dan tangan yang selalu siap untuk memberikan minum atau hanya sekedar mengelap keringat. Sayang, keadaannya sedang tidak memungkinkan.

Sekarang Dya tau, berhenti sejenak tidak seburuk itu.

Anggap saja dia dan Renzya sedang berlari bersama namun mereka sedang lelah jadi mereka memutuskan berhenti sejenak untuk mengambil nafas sebanyak banyaknya.

Sama dengan hubungannya, mereka berhenti sejenak untuk membuat sebuah ruang di diri masing masing.

"Dya"

Dya menoleh lalu kembali menatap ke arah lapangan. Yang memanggil dirinya ikut berdiri disebelah Dya-

"Ngeliatin Renzya?"

Dya tersenyum "dia masih pacar gue, kita hanya lagi berhenti sejenak"

Sasha mengelus bahu sahabatnya yang masih menatap ke bawah sana "kadang setelah berhenti sejenak, orang malah nyerah dan malah pergi. Gue gak maksud apa apa"

Dya mengangguk mengerti "gue ngerti tapi gue harap pacar gue gak sepengecut itu"

"Jangan banyak harap, semua rasa sakit bersumber dari berharap"ucap Sasha

Dya tersenyum, tidak merasa tersinggung oleh ucapan sahabatnya, toh semua perkataan Sasha memang benar. Dia menatap pacarnya di bawah untuk terakhir kali lalu mengajak Sasha masuk ke kelas.

Dia takut mendengar ucapan Sasha nantinya

***

Dya duduk dengan tiga sahabatnya di meja kantin bagian tengah, menikmati makanan yang sudah di beli kecuali Dya yang sedari tadi malah menatap meja agak pojok seraya mengaduk ngaduk makanannya tanpa niatan untuk makan.

Pacarnya sedang tertawa dengan tiga sahabatnya, dan itu sudah cukup membuat Dya tersenyum.

"Dya makanannya buat gue aja dah"

Dya menoleh "enak aja"

"Makanya makan"ucap Cinta

"Entar rejekinya dipatok ayam"ucap Tia tertawa

Dya mendengus dan langsung memakan makanannya, sesekali dia melirik dimana meja pacarnya berada.

"Eh si Varo OSIS ternyata"ucap Sasha

Dya yang sedang makan langsung tersedak "OSIS?"

"Iya, gak nyangka gue"jawab Sasha terkekeh

Siapa yang akan menyangka kalau Varo OSIS, bisa bisanya.

"Lo break sama Renzya sampe kapan?"tanya Cinta

Dya menunduk "gatau"

Dia baru sadar, bahkan dia tidak tahu kapan hubungannya bisa membaik lagi

"Hubungan lo ngegantung, lo gak bisa gini terus. Lucu banget kalau lo sampe kedepannya break tanpa ada jangka waktu"ucap Tia

Dya menghela nafas "iya, cuman kita lagi menghabiskan waktu aja kaya sebelum gue sama dia pacaran"

Sahabat sahabatnya baru kali ini membahas breaknya hubungan dirinya, mungkin memang seharusnya sekarang dibuat kepastian.

"Menurut gue, Renzya cuman lagi nyari kebahagiaannya sendiri"ucap Sasha

Dya kembali menatap mejanya, dadanya sesak saat melihat pacarnya malah sedang menggoda siswi siswi yang lewat.

Jadi benarkah break itu untuk intropeksi diri?atau hanya untuk mencari kebahagiaan sendiri?


No to ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang