Dya melihat pantulan dirinya di cermin, dia menghela nafas pelan lalu tersenyum. Skinny jeans hitam dan atasan dengan model sabrina berwarna peach. Dan rambut yang di kuncir setengah.
Dya mengambil slingbacknya lalu langsung turun ke bawah dengan langkah buru buru.
"Mau kemana ka?"tanya Rena
"Mau pergi dulu"jawab Dya lalu mencium telapak tangan mamahnya
Dya duduk di garasinya, dia mengetuk ngetukkan kakinya tak sabar karna sampai sekarang pacarnya belum juga menjemputnya bahkan untuk mengabari saja belum.
***
Dya duduk di meja pinggir berdempetan dengan jendela kaca besar. Dia memilih untuk duluan pergi ke mall, dia juga sudah mengabari pacarnya kalau dia duluan.
Matanya menyapu keluar jendela seraya menggigit bibir bagian bawahnya.
"Lo kemana sih?!"gumam Dya geram
Dya bangkit dari duduknya dan langsung melangkah pergi. Tiba tiba pikirannya langsung berkelana kemana mana, mungkin saja pacaranya itu sedang ada apa apa.
Begal?
Jambret?
Kecelakaan?
Astaghfirullah!
Dya membuang nafasnya perlahan mencoba untuk berfikiran positif, akhirnya dia pergi untuk berjalan jalan melihat toko baju namun tak lama dia mendengus dan langsung berlari keluar dari mall.
Dia akan mencari pacarnya
"Angkat kenapa sih?!gue sumpahin hape lo rusak!"gumam Dya kesal seraya terus menelpon Renzya
Dya sudah keliling keliling siapa tau di jalan ketemu pacarnya namun tidak ketemu juga, lalu sudah ke tempat futsal biasanya Renzya main tidak ada juga. Di rumah tidak ada. Di sekolah tidak ada. Rasanya Dya ingin menceburkan pacarnya ke antartika nanti.
Bisa bisanya cowo itu membuat dirinya khawatir seperti ini
Dya memberhentikan motornya saat melihat gerobak batagor-
"Bang batagornya lima ribu jangan paje bumbu kacang sama saos, pake kecap aja!"ucap Dya
"Ini neng"
Dya langsung menaruh uang lima ribuan ke gerobak itu dan langsung memakan batagornya. Sehabis itu dia memutuskan untuk pulang ke rumahnya, dia sudah bingung harus kemana lagi.
Dia melihat Bian sedang duduk di kursi teras, melamun
"Ka, mamah sama papah lagi berantem"
Dya tak mengubris hanya tetap berjalan, namun langkahnya berhenti-
"Lo kenapa sih kak?!lo gak sayang sama mamah papah?!lo gak peduli ya sama keluarga ini?!"
Dya membalikkan badan dan tersenyum miring "tau apa lo tentang keluarga ini?"
Bian menghela nafas berat, sekalinya bicara bersama kakanya pasti akan menguras emosi "gue tau tentang keluarga ini karna gue peduli"
"Lo gak pernah peduli!"sentak Dya
"Lo yang gak pernah peduli, lo bener bener gak peduli lagi seiringnya gue bertambah besar"ucap Bian
Dya terkekeh
Dari dulu Bian heran, setiap kakanya marah pasti kakanya akan terkekeh atau juga tersenyum.
"Lo gak inget perkataan gue dulu ya?"tanya Dya
Bian mengernyit "perkataan apa?"
"Gue bakal bales semuanya saat lo udah gede, disaat lo udah ngerti"ucap Dya
Bian makin dibuat bingung
"Disini, lo yang gak pernah peduli!jadi jangan seolah olah buat gue yang gak peduli!"ucap Dya untuk mengembalikan topik awal
Bian menggeleng "dimana sikap lo yang lo bilang peduli?"
"Lo gak perlu tahu anak manja!"sentak Dya
Emosi Bian mulai terpancing "gue bukan anak manja!"
"Anak manja gak ada yang ngaku anak manja"ucap Dya
"Lo tahu?sekalipun keluarga ini ancur, gue gak akan peduli!karna disini gak ada yang peduli sama gue!"ucap Dya lalu langsung masuk ke dalam rumah
Bian menggelengkan kepala tak percaya "jangan pernah lo doain keluarga ini ancur, keluarga ini lo!keluarga ini ancur, lo juga ancur!"
"Sayangnya keluarga ini udah ancur buat gue"gumam Dya yang masih melangkahkan kakinya
Tak sengaja ia mendengar nama Bian disebut sebut oleh kedua orang tuanya membuat dia langsung masuk ke dalam kamar dengan membanting.pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
No to Chance
Novela JuvenilRenandya Afahranda Dirga, cewe tergalak yang pernah ada Renzya Thomas Willyam, cowo paling susah diatur Mereka sepasang kekasih. Anak anak lain menyebut mereka pasangan dengan sembilan nyawa- Kenapa begitu? Penasaran dengan cerita mereka? Yuk dibaca...